Kenapa Obat Tidur Bisa Memperburuk Kualitas Tidur di Usia Lanjut: Temuan Penelitian Terbaru

06 November 2025 15:32
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Gambar seorang lansia yang sedang tertidur nyenyak di ranjang, menunjukkan betapa pentingnya kualitas tidur yang baik untuk kesehatan otak dan tubuh.

Sahabat.com - Di usia dewasa, sering kali kita menyesal karena tidak tidur lebih banyak saat masih muda. Namun, semakin bertambahnya usia, tidur justru menjadi lebih sulit dicapai. Banyak orang dewasa yang lebih tua menghadapi malam tanpa tidur yang nyenyak atau sering terbangun sebelum matahari terbit. Faktanya, hampir setengah dari orang dewasa usia lanjut tidak mendapatkan tidur yang cukup, dan sekitar satu dari tiga orang mengandalkan obat tidur untuk membantu mereka tertidur.

Namun, sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa obat tidur tersebut mungkin malah memperburuk kondisi tidur. Studi yang dipublikasikan dalam Sleep Journal menemukan bahwa penggunaan jangka panjang obat tidur pada orang dewasa usia lanjut yang menderita insomnia justru terkait dengan kualitas tidur yang lebih buruk—bahkan lebih buruk dibandingkan dengan mereka yang memiliki insomnia tapi tidak menggunakan obat tidur.

Dr. Thanh Dang-Vu, penulis utama penelitian ini dan direktur dari Sleep, Cognition & Neuroimaging Laboratory di Universitas Concordia, menjelaskan bahwa penggunaan obat tidur dalam jangka panjang tidak memberikan manfaat apapun dalam hal kualitas tidur. 

"Penggunaan obat tidur yang terus menerus tidak hanya berisiko, tetapi juga memperburuk kualitas tidur, terutama yang berhubungan dengan kesehatan otak dan konsolidasi memori," tambahnya.

Tidur yang nyenyak, yang juga dikenal sebagai tidur gelombang lambat, adalah tahap tidur di mana tubuh memperbaiki jaringan dan memperkuat tulang. Pada tahap ini, otak juga melakukan sebagian besar pekerjaan perbaikan semalam dan mengonsolidasikan memori—proses mengubah ingatan dari jangka pendek ke jangka panjang. Kehilangan tidur dalam tahap ini bisa memperburuk masalah memori dan pemikiran pada usia lanjut, karena koneksi antara hippocampus (pusat memori otak) dan neokorteks menjadi lebih lemah.

Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Concordia melibatkan 101 orang dewasa usia lanjut yang dibagi dalam tiga kelompok: tidur baik, insomnia tanpa obat tidur, dan insomnia dengan penggunaan obat tidur jangka panjang (tiga kali atau lebih seminggu selama lebih dari tiga bulan). Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok yang menggunakan obat tidur secara teratur memiliki tidur yang lebih dangkal dan tidak se-nyenyak dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan obat tidur.

Obat tidur, seperti benzodiazepine, dianggap aman dan efektif untuk penggunaan sementara (tidak lebih dari dua hingga empat minggu), misalnya untuk jet lag atau stres sementara. Namun, para ahli menyarankan agar orang dewasa usia lanjut menghindarinya karena potensi risiko seperti kebingungan, pusing, pingsan, jatuh, hingga rawat inap. Terlebih, obat-obatan ini dapat menyebabkan ketergantungan seiring waktu, yang membuat dosis yang lebih tinggi diperlukan untuk efek yang sama.

Menghentikan penggunaan obat tidur secara tiba-tiba pun berisiko menimbulkan gejala putus obat seperti kecemasan, kelelahan, dan bahkan kejang. Penggunaan jangka panjang juga dapat memperburuk fungsi kognitif, meningkatkan risiko demensia, dan menurunkan kualitas tidur.

Solusi terbaik untuk orang dewasa usia lanjut yang mengalami kesulitan tidur adalah bekerja sama dengan dokter untuk menghentikan penggunaan obat tidur secara bertahap, sambil mencoba terapi perilaku kognitif untuk insomnia (CBT-I), yang telah terbukti meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi gejala insomnia.

Tidur yang cukup memang penting, namun penting juga untuk mencari solusi yang tidak hanya memberikan hasil sementara, tetapi juga mendukung kesehatan dalam jangka panjang. Jika Anda merasa kualitas tidur terganggu, segeralah konsultasikan dengan dokter Anda untuk menemukan alternatif yang lebih aman dan efektif.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment