Fakta Mengejutkan! Makanan Bayi Kemasan Ternyata Lebih Manis dari Donat dan Bisa Hambat Perkembangan Bicara

10 Juli 2025 13:51
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Sebuah tinjauan dari berbagai penelitian terbaru mengungkap kenyataan yang cukup bikin kaget: sebagian besar makanan bayi komersial ternyata terlalu manis, terlalu lembut, dan nggak sesuai dengan saran dari badan kesehatan dunia.

Sahabat.com - Kalau kamu pikir makanan bayi yang dijual di toko itu selalu sehat dan bergizi, siap-siap kecewa. 

Sebuah tinjauan dari berbagai penelitian terbaru mengungkap kenyataan yang cukup bikin kaget: sebagian besar makanan bayi komersial ternyata terlalu manis, terlalu lembut, dan nggak sesuai dengan saran dari badan kesehatan dunia. 

Penelitiannya baru aja dipublikasikan di jurnal Maternal & Child Nutrition tahun 2025, dan hasilnya bikin banyak orang tua berpikir ulang sebelum ambil pouch lucu dari rak supermarket.

Mayoritas produk yang diteliti adalah puree halus dalam kemasan pouch. 

"Padahal bayi butuh belajar mengunyah sejak dini untuk perkembangan otot mulut dan kemampuan bicara," kata para peneliti. 

Tapi kenyataannya, sekitar 56% produk yang beredar malah terlalu lembut dan membuat bayi melewatkan tahap penting ini.

Lebih parahnya lagi, kandungan gulanya bisa lebih tinggi dari yang kita kira. Rata-rata, makanan bayi jenis puree punya 10,4 gram gula per 100 gram, sementara snack bayi bisa mengandung hingga 20,3 gram gula! 

Sebagai perbandingan, batas “rendah gula” dari NHS cuma 5 gram. Bahkan ada survei di Australia yang menemukan 90% sereal bayi mengandung gula tambahan. 

"Banyak produk yang ditandai 'tanpa tambahan gula' padahal tetap tinggi kadar gula bebasnya," jelas peneliti lagi. 

Jadi, jangan tertipu sama label manis yang seolah menenangkan.

Dan ini bukan sekadar soal rasa. Teksturnya juga bikin khawatir. Hanya sedikit sekali produk yang mengandung sayuran pahit seperti brokoli atau bayam. Sebagian besar malah didominasi wortel manis, labu, apel, atau pir. 

Variasi rasa dan tekstur sangat terbatas, padahal bayi perlu dikenalkan dengan berbagai rasa sejak dini agar nggak pilih-pilih makanan saat besar nanti.

Marketing-nya juga nggak main-main. Produk-produk ini sering banget dihiasi kata-kata yang menyentuh hati orang tua seperti “perut bahagia” atau “senyum dari dalam”, yang sebenarnya nggak ada kaitannya dengan kualitas nutrisinya. 

Di Inggris, sepertiga produk bahkan menampilkan klaim emosional seperti ini. Dan hasil survei menunjukkan bahwa label seperti “tanpa gula dan garam tambahan” bikin orang tua 13 kali lebih mungkin membeli produk tersebut, meskipun kandungan nutrisinya nggak sebaik klaimnya.

Menariknya, hampir 1 dari 5 produk yang diteliti adalah camilan. Padahal, para ahli setuju kalau bayi di bawah 1 tahun nggak butuh snack di antara waktu makan. 

Tapi kenyataannya, snack bayi jadi booming, terutama di Australia dan Islandia, dengan persentase mencapai lebih dari 30%. Kebanyakan berupa biskuit puff, rice cracker, atau camilan manis berlapis yogurt yang bisa merusak gigi dan bikin bayi cepat kenyang tanpa gizi seimbang.

Menurut data, cuma 45% produk makanan bayi di Inggris yang lolos semua kriteria WHO. Di Australia malah lebih rendah lagi, cuma 22-36%. Kandungan zat penting seperti zat besi dan protein juga nggak selalu dicantumkan, dan sebagian produk bahkan punya kepadatan energi yang terlalu rendah untuk bayi yang sedang tumbuh aktif.

Intinya, meski makanan bayi komersial terlihat praktis dan menjanjikan, kenyataannya banyak yang tidak memenuhi standar kesehatan yang dianjurkan. 

Peneliti menyarankan perlunya regulasi lebih ketat, transparansi label, dan reformulasi produk agar lebih ramah nutrisi. Kalau bisa, sih, kembali ke makanan rumahan yang beragam, padat nutrisi, dan kaya rasa. Karena pada akhirnya, keputusan terbaik selalu datang dari orang tua yang teredukasi dan nggak mudah terpikat iklan manis.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment