Sahabat.com - Keju berlemak tinggi seperti cheddar, Brie, dan Gouda selama ini sering dicap sebagai makanan yang harus dihindari demi kesehatan. Namun studi besar terbaru justru memberi sudut pandang berbeda. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Neurology menemukan kaitan antara konsumsi keju dan krim tinggi lemak dengan risiko demensia yang lebih rendah di usia lanjut, sebuah temuan yang langsung menarik perhatian pencinta gaya hidup sehat.
Dalam studi tersebut, orang yang mengonsumsi setidaknya 20 gram keju berlemak tinggi per hari tercatat memiliki risiko demensia 13 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi sama sekali. Sementara itu, konsumsi krim berlemak tinggi sekitar 50 gram per hari dikaitkan dengan penurunan risiko demensia hingga 16 persen. Meski begitu, para peneliti menegaskan bahwa temuan ini menunjukkan hubungan, bukan bukti langsung bahwa keju mencegah demensia.
Emily Sonestedt, PhD, peneliti dari Lund University, Swedia, mengatakan, “Studi kami menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi lebih banyak keju berlemak tinggi memiliki risiko demensia yang sedikit lebih rendah di kemudian hari. Ini tidak membuktikan keju mencegah demensia, tetapi menantang anggapan bahwa semua produk susu berlemak buruk bagi otak.”
Ia menjelaskan bahwa keju adalah makanan fermentasi dengan kombinasi unik lemak, protein, mineral, dan vitamin seperti vitamin K2 yang berpotensi mendukung kesehatan pembuluh darah otak.
Ahli gizi kardiologi preventif, Michelle Routhenstein, menilai temuan ini menarik namun perlu dilihat dalam konteks pola makan.
“Ini menantang paradigma ‘semua harus rendah lemak’, tetapi manfaatnya tampak ketika keju menggantikan daging olahan atau sumber protein kurang sehat lainnya,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa keju bukan makanan super untuk otak, melainkan bagian dari pilihan yang lebih baik dalam pola makan seimbang.
Studi ini melibatkan lebih dari 27 ribu orang Swedia dengan masa pemantauan rata-rata 25 tahun. Hasilnya juga menunjukkan risiko demensia vaskular lebih rendah pada kelompok yang rutin mengonsumsi keju berlemak tinggi. Meski demikian, para peneliti mengingatkan bahwa gaya hidup secara keseluruhan tetap berperan besar.
“Tidak ada satu makanan pun yang bisa melindungi otak sendirian,” kata Sonestedt.
Bagi pencinta keju, temuan ini memberi angin segar. Keju berlemak tinggi ternyata tidak selalu harus dihindari, selama dikonsumsi dalam jumlah wajar dan menjadi bagian dari pola makan sehat secara menyeluruh.
0 Komentar
Brokoli vs Kembang Kol: Mana yang Lebih Sehat dan Bikin Langsing? Jawabannya Bikin Kaget
Sereal Anti-Inflamasi Ini Disebut Paling Sehat, Ahli Gizi Sarankan Rutin Dimakan Pagi Hari
Terlalu Banyak Duduk? Ilmuwan Temukan Cara Lezat untuk Lindungi Jantung Tanpa Harus Olahraga
Apa yang Terjadi di Mulutmu Saat Makan Gula? Ini Penjelasan Ilmuwan yang Bikin Ngeri!
Manfaat Vitamin A yang Jarang Diketahui: Bikin Mata Tajam, Kulit Sehat, dan Tubuh Tetap Fit!
Suka Keju? Bisa Jadi Cara Cerdas Kurangi Risiko Dementia di Masa Depan
Leave a comment