Sahabat.com - Diet rendah kalori memang sering dianggap sebagai solusi cepat untuk tubuh ideal. Tapi, ternyata dampaknya ke kesehatan mental bisa cukup bikin kaget, lho.
Dalam sebuah studi baru yang dirilis di jurnal BMJ Nutrition, Prevention and Health tanggal 2 Juni 2025, ditemukan bahwa orang yang menjalani diet ketat cenderung mengalami gejala depresi lebih tinggi dibanding mereka yang tidak diet sama sekali atau menjalani pola makan lain.
Penelitian ini melibatkan hampir 30.000 orang dewasa di Amerika Serikat. Mereka diminta menjawab pertanyaan dari survei nasional dan tes gejala depresi. Hasilnya?
Sekitar 8% dari responden menjalani diet rendah kalori, dan kelompok ini tercatat lebih sering melaporkan perasaan murung, cemas, bahkan stres fisik.
Dr. Venkat Bhat, salah satu peneliti dan psikiater di St. Michael’s Hospital di Toronto, menjelaskan bahwa "diet yang terlalu ketat dan kurang gizi bisa berpengaruh langsung ke suasana hati dan keseimbangan emosional."
Hal menarik lainnya adalah, dampak ini paling terasa pada laki-laki dan mereka yang kelebihan berat badan—tapi belum sampai kategori obesitas. Ternyata, kebutuhan nutrisi pria memang lebih tinggi. Ketika tubuh kekurangan vitamin penting seperti B-kompleks dan omega-3, suasana hati bisa langsung drop.
Dr. Marta Mudd dari Northwestern University menambahkan, “Diet memang bisa memperbaiki mood di laboratorium, tapi di dunia nyata justru bisa memperburuk gejala depresi kalau tidak dijalani dengan bimbingan.”
Yang bikin lebih rumit, studi ini memang bersifat observasional. Jadi, belum bisa membuktikan bahwa diet rendah kalori pasti menyebabkan depresi. Namun, kaitannya sudah cukup kuat untuk jadi bahan renungan, apalagi banyak orang yang menjalani diet secara mandiri tanpa pemantauan ahli.
Dr. Maryam Makowski dari Stanford University menjelaskan bahwa otak dan suasana hati kita sangat sensitif terhadap kekurangan nutrisi. Bahkan sebelum tubuh menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi secara fisik, mental kita mungkin sudah lebih dulu terganggu.
“Kinerja otak dan mood bisa drop duluan sebelum tubuh menunjukkan gejala lainnya,” kata Makowski.
Nah, supaya nggak salah langkah, para ahli menyarankan agar kamu lebih bijak saat berdiet. Pilih pola makan seimbang, tetap penuhi kebutuhan nutrisi harian, dan jangan lupa untuk memantau kondisi mental. Kalau perlu, konsultasikan dengan ahli gizi atau tenaga profesional yang juga paham soal kesehatan mental.
“Pasien perlu bimbingan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan unik mereka,” tambah Makowski.
Intinya, menurunkan berat badan itu bukan sekadar soal angka di timbangan, tapi juga tentang menjaga pikiran tetap sehat dan semangat tetap terjaga.
0 Komentar
Liburan Bisa Picu Serangan Jantung? Waspada Holiday Heart Syndrome Saat Natal dan Tahun Baru
Anak Minta Smartphone Sejak Dini? Studi Ini Bongkar Usia Paling Aman dan Dampaknya bagi Kesehatan
Trik Bugar Usia 40+: Rahasia Latihan dari Pelatih Selebriti yang Bikin Tubuh Tetap Kuat & Awet Muda
Kok Bisa? Atlet Justru Punya Risiko Gangguan Irama Jantung Lebih Tinggi, Ini Penjelasannya
Sydney Sweeney Pamer Foto Berani Saat Bersiap ke Premiere ‘The Housemaid’, Netizen Terpukau
Riset Terbaru Ungkap Manfaat Kerja dari Rumah untuk Kesehatan Mental, Wanita Paling Diuntungkan
Riset Baru Ungkap Risiko Tersembunyi Tato: Bisa Ganggu Imunitas hingga Pengaruh Vaksin
Terbukti! Punya Hewan Peliharaan Bikin Lansia Lebih Panjang Umur dan Otak Tetap Tajam
Ramalan Shio Kuda 2026: Karier, Cinta, dan Kondisi Finansial
Leave a comment