Ini Alasan Kenapa Curcumin Bisa Jadi Senjata Ampuh Lawan Obesitas dan Penyakit Otak

30 April 2025 17:28
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Curcumin mampu menghambat pembentukan sel lemak dan mempercepat pemecahan lemak melalui aktivasi enzim AMPK. Enzim ini bekerja dengan cara mengurangi pembentukan lemak dan meningkatkan proses pembakaran lemak dalam tubuh.

Sahabat.com - Sahabat, pernahkah kamu mendengar tentang curcumin? Senyawa aktif yang terdapat dalam kunyit ini ternyata menyimpan sejuta manfaat yang belum banyak diketahui, terutama untuk kesehatan otak dan metabolisme tubuh. 

Sebuah studi terbaru yang dimuat dalam jurnal Nutrients mengungkap bahwa curcumin memiliki efek antioksidan dan antiinflamasi yang sangat kuat, bahkan menjanjikan sebagai terapi untuk gangguan metabolik dan peradangan saraf.

Curcumin berasal dari rimpang kunyit (Curcuma longa) dan tergolong dalam keluarga Zingiberaceae. Dengan struktur kimia yang unik, senyawa ini mampu menangkal pembentukan radikal bebas dan bertahan dalam kondisi asam lambung, sehingga bisa memberi pengaruh sampai ke luar saluran cerna. 

“Curcumin tidak hanya bertahan dalam tubuh, tapi juga aktif memodulasi proses metabolisme secara signifikan,” jelas para peneliti dalam publikasi tersebut.

Penelitian menunjukkan bahwa curcumin dan metabolitnya, seperti tetrahydrocurcumin, mampu menekan stres oksidatif dan peradangan yang berkontribusi besar pada penyakit degeneratif kronis. 

Dalam uji laboratorium, curcumin terbukti mampu menekan respons inflamasi akibat racun bakteri dan interferon gamma. “Dosis 20 mikromolar curcumin bisa mencegah kerusakan akibat peradangan yang dipicu oleh hipoksia,” ungkap laporan tersebut.

Yang lebih menarik, sahabat, adalah bagaimana curcumin berdampak pada obesitas. Meta-analisis terbaru menemukan bahwa konsumsi 1.500 mg curcumin per hari selama sebulan bisa menurunkan indeks massa tubuh (BMI) secara signifikan, terutama jika disertai perubahan gaya hidup sehat. 

Sahabat juga perlu tahu bahwa curcumin mampu menghambat pembentukan sel lemak dan mempercepat pemecahan lemak melalui aktivasi enzim AMPK. Enzim ini bekerja dengan cara mengurangi pembentukan lemak dan meningkatkan proses pembakaran lemak dalam tubuh.

Tak hanya sampai di situ, curcumin juga terbukti berdampak positif pada kesehatan otak. Dosis rendah curcumin dapat menghambat aktivasi sel mikroglia dan menekan produksi zat pemicu peradangan seperti IL-1β dan IL-6, sekaligus meningkatkan zat antiinflamasi seperti arginase 1 dan IL-4. Dalam studi klinis, konsumsi 80 mg curcumin selama tiga bulan secara signifikan menurunkan kadar penanda inflamasi seperti CRP, TNF-α, dan IL-6 pada pasien obesitas dengan penyakit hati berlemak non-alkoholik.

Pasien diabetes tipe 2 yang rutin mengonsumsi 300 mg curcumin per hari selama tiga bulan juga mengalami penurunan resistensi insulin dan kadar asam lemak bebas. Lebih dari itu, penderita obesitas dan depresi yang mengonsumsi 1.500 mg curcumin selama setahun melaporkan berkurangnya gejala depresi secara signifikan. 

“Curcumin juga berperan dalam mengatur komposisi mikrobiota usus, meningkatkan produksi asam lemak rantai pendek yang penting bagi kesehatan otak,” jelas para peneliti.

Meski hasil-hasil ini menjanjikan, sahabat, para ahli menekankan bahwa penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk memastikan efektivitas curcumin dalam praktik klinis. 

Studi dengan populasi lebih besar dan beragam akan sangat membantu menentukan manfaat nyatanya dalam menangani gangguan metabolik dan penyakit neurodegeneratif.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment