Sahabat.com - Pernah merasa tidak yakin dengan kemampuanmu, padahal hasil kerja kamu sebenarnya oke banget? Kamu tidak sendirian.
Sebuah studi terbaru dari University College London mengungkap bahwa sahabat yang mengalami kecemasan dan depresi cenderung membangun kepercayaan diri mereka dengan cara yang kurang adil terhadap diri sendiri.
Bukannya menyoroti keberhasilan, mereka justru terlalu fokus pada momen-momen di mana mereka merasa kurang yakin dengan performa mereka.
Penelitian ini melibatkan dua kelompok besar partisipan dan dilakukan dengan permainan komputer yang mengharuskan mereka membantu warga kota fiktif bernama Fruitville menyelesaikan pekerjaan bertani.
Tugas-tugasnya memerlukan ketelitian visual dan ingatan yang tajam, lalu setelah menyelesaikan tugas, mereka diminta menilai seberapa percaya diri mereka dalam menyelesaikannya. Di akhir sesi, mereka juga diminta mengevaluasi performa mereka secara keseluruhan.
Menariknya, performa antara peserta yang mengalami gejala kecemasan dan depresi tidak berbeda signifikan dibanding mereka yang tidak mengalaminya.
Bahkan, semua peserta menunjukkan peningkatan kepercayaan diri saat menerima umpan balik positif, dan penurunan saat menerima umpan balik negatif.
Tapi ada satu perbedaan mencolok: sahabat yang punya gejala kecemasan dan depresi tetap merasa kurang percaya diri secara keseluruhan. Ini terjadi karena mereka cenderung mengabaikan momen saat mereka merasa yakin dan hanya fokus pada yang tidak.
Dr. Sucharit Katyal, penulis utama studi ini, menjelaskan, “Pesan dari penelitian ini sebenarnya sederhana namun kuat – bahwa keyakinan diri yang rendah dan terus-menerus pada orang dengan kecemasan dan depresi sering kali bersifat ilusi, berasal dari cara mereka mengevaluasi diri sendiri yang tidak sehat.”
Ia menambahkan, “Ini juga menjelaskan kenapa sindrom penipu (imposter syndrome) sering muncul bersamaan dengan gejala tersebut.”
Menurut Dr. Katyal, kita perlu mempertimbangkan kembali cara kita menilai diri sendiri.
“Ketika membentuk keyakinan tentang diri kita, sebaiknya kita tidak terlalu mengandalkan persepsi internal semata, tapi juga perlu mendengarkan umpan balik dari orang lain,” katanya.
Harapannya, studi ini bisa menjadi dasar untuk menciptakan pendekatan baru dalam mendukung sahabat-sahabat yang sedang bergumul dengan kecemasan dan depresi.
Dengan memahami bagaimana mereka merespons performa dan umpan balik, kita bisa bantu mereka membangun kepercayaan diri yang lebih sehat, agar mereka bisa bersinar, baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari.
0 Komentar
Liburan Bisa Picu Serangan Jantung? Waspada Holiday Heart Syndrome Saat Natal dan Tahun Baru
Anak Minta Smartphone Sejak Dini? Studi Ini Bongkar Usia Paling Aman dan Dampaknya bagi Kesehatan
Trik Bugar Usia 40+: Rahasia Latihan dari Pelatih Selebriti yang Bikin Tubuh Tetap Kuat & Awet Muda
Kok Bisa? Atlet Justru Punya Risiko Gangguan Irama Jantung Lebih Tinggi, Ini Penjelasannya
Sydney Sweeney Pamer Foto Berani Saat Bersiap ke Premiere ‘The Housemaid’, Netizen Terpukau
Riset Terbaru Ungkap Manfaat Kerja dari Rumah untuk Kesehatan Mental, Wanita Paling Diuntungkan
Riset Baru Ungkap Risiko Tersembunyi Tato: Bisa Ganggu Imunitas hingga Pengaruh Vaksin
Terbukti! Punya Hewan Peliharaan Bikin Lansia Lebih Panjang Umur dan Otak Tetap Tajam
Ramalan Shio Kuda 2026: Karier, Cinta, dan Kondisi Finansial
Leave a comment