Duka Mendalam Bisa Tingkatkan Risiko Kematian Hingga Dua Kali Lipat dalam 10 Tahun

25 Juli 2025 15:13
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Pesan penting dari studi ini adalah bahwa duka yang berkepanjangan bukan sekadar urusan hati, tapi bisa menjadi masalah kesehatan serius yang berdampak jangka panjang.

Sahabat.com - Duka yang mendalam setelah kehilangan orang tercinta memang wajar terjadi. Tapi siapa sangka, rasa kehilangan yang terlalu intens dan bertahan lama ternyata bisa berdampak serius bagi kesehatan, bahkan meningkatkan risiko kematian hampir dua kali lipat dalam satu dekade.

Penelitian terbaru dari Denmark mengungkap bahwa mereka yang terus mengalami kesedihan intens pascakehilangan cenderung lebih sering mengakses layanan kesehatan dan berisiko lebih tinggi untuk meninggal dunia dalam 10 tahun berikutnya. 

Studi ini diterbitkan dalam Frontiers in Public Health dan menjadi yang pertama mengevaluasi hubungan jangka panjang antara pola duka dan kematian dalam skala besar.

Dr. Mette Kjærgaard Nielsen, peneliti dari Research Unit for General Practice di Aarhus, mengatakan bahwa temuan ini memberikan pandangan penting bagi dunia medis. 

"Kami melihat bahwa kelompok dengan duka berkepanjangan menunjukkan peningkatan signifikan dalam penggunaan obat psikotropika dan layanan kesehatan, bahkan sebelum kehilangan terjadi. Ini bisa menjadi indikator awal untuk mendeteksi mereka yang rentan," ujarnya.

Penelitian ini melibatkan data ribuan warga Denmark yang kehilangan orang terdekatnya. Mereka dibagi ke dalam lima kelompok berdasarkan pola kesedihan yang dialami dalam tiga tahun pertama setelah berduka, mulai dari yang selalu rendah hingga yang terus tinggi. Sekitar 6% responden masuk dalam kategori "duka tinggi" yang gejalanya tidak membaik dari waktu ke waktu.

Yang mengejutkan, meski perbedaan penggunaan layanan kesehatan antara kelompok ini mulai menghilang setelah delapan tahun, risiko kematian pada mereka yang berada dalam kelompok duka tinggi tetap tinggi hingga tahun ke-10. 

Hal ini menunjukkan bahwa dampak emosional yang tak tertangani bisa mengendap dan memengaruhi kesehatan fisik dalam jangka panjang.

Meski penyebab pasti kematian berlebih ini belum bisa dipastikan, Nielsen menyebut bahwa sebelumnya timnya sudah menemukan kaitan antara duka intens dengan penyakit jantung, gangguan mental, hingga risiko bunuh diri.

Yang juga penting, menurut Nielsen, mereka yang mengalami duka berat cenderung memiliki latar pendidikan yang lebih rendah dan sudah menunjukkan tanda-tanda kerentanan mental sebelum kehilangan. 

“Ini menunjukkan bahwa dokter umum bisa lebih proaktif dengan mengenali gejala depresi dan gangguan psikologis sebelumnya, serta menawarkan tindak lanjut yang sesuai, termasuk terapi atau rujukan ke psikolog,” jelasnya.

Pesan penting dari studi ini adalah bahwa duka yang berkepanjangan bukan sekadar urusan hati, tapi bisa menjadi masalah kesehatan serius yang berdampak jangka panjang. Pemantauan lebih dini bisa menjadi kunci untuk menyelamatkan nyawa mereka yang sedang terjebak dalam lautan kesedihan.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment