Naik Skuter Listrik Ternyata 3 Kali Lebih Berisiko Masuk Rumah Sakit Dibanding Sepeda

31 Juli 2025 13:30
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa pengguna skuter listrik, tiga kali lebih sering mengalami cedera serius hingga harus dilarikan ke rumah sakit dibandingkan pengendara sepeda.

Sahabat.com - Jika kamu suka berkendara malam hari dengan skuter listrik tanpa helm, sebaiknya mulai berpikir ulang. 

Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa pengguna skuter listrik, tiga kali lebih sering mengalami cedera serius hingga harus dilarikan ke rumah sakit dibandingkan pengendara sepeda.

Riset yang dilakukan di Helsinki dan dipublikasikan dalam Scientific Reports ini menganalisis ribuan kasus kecelakaan antara pengguna skuter dan pesepeda dalam kurun waktu dua tahun. 

Hasilnya cukup mengejutkan: dari 8 juta perjalanan dengan skuter, terdapat 7,8 cedera per 100.000 perjalanan, sementara sepeda hanya mencatat 2,2 cedera untuk jumlah perjalanan yang jauh lebih banyak. Itu artinya, risiko naik skuter listrik 3,6 kali lebih tinggi dibanding naik sepeda.

Mayoritas pengguna skuter yang mengalami kecelakaan adalah laki-laki muda berusia rata-rata 33 tahun, sering kali tidak mengenakan helm, dan banyak di antaranya dalam pengaruh alkohol. 

Sebaliknya, pengendara sepeda cenderung lebih tua, lebih sering memakai helm, dan lebih sedikit yang mabuk saat berkendara. Kombinasi antara usia muda, malam hari, alkohol, dan tidak memakai helm menjadi pemicu utama tingginya angka kecelakaan skuter listrik.

“Yang paling mencolok adalah tingginya kasus cedera kepala pada pengguna skuter yang mabuk, mencapai 76%,” ujar Dr. Laura Seitakari, peneliti utama studi ini. 

“Bahkan meskipun ada pembatasan kecepatan malam hari sejak tahun 2021, cedera berat tetap mendominasi.”

Cedera yang umum terjadi pada pengguna skuter meliputi trauma kepala, patah tulang wajah, dan luka leher, sementara pengendara sepeda lebih sering mengalami cedera di tangan, pergelangan, hingga dada. 

Dari seluruh kasus yang diteliti, hanya 4% pengguna skuter yang memakai helm, dibandingkan 28% pengendara sepeda.

Tak hanya itu, sekitar 40% kecelakaan skuter terjadi pada malam hari, dan setengahnya melibatkan alkohol. Padahal, saat malam hari visibilitas menurun dan reaksi tubuh melambat—terutama jika pengendara dalam kondisi mabuk.

Tim peneliti menyarankan agar pemerintah kota lebih serius menangani isu ini, seperti menggalakkan kampanye penggunaan helm, memasukkan sistem deteksi alkohol di aplikasi penyewaan skuter, dan mempertimbangkan pembatasan waktu operasional saat malam.

“Kecepatan bukan satu-satunya masalah. Perilaku pengendara adalah kunci utama,” tambah Dr. Seitakari. 

“Kita butuh pendekatan yang lebih menyeluruh agar angka kecelakaan bisa ditekan.”

Penelitian ini menjadi peringatan penting bagi siapa saja yang menggunakan skuter listrik untuk mobilitas harian, terutama di kota-kota besar. Alih-alih gaya dan kepraktisan, keselamatan harus jadi prioritas utama.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment