Jangan Tertipu! Protein Bar Tak Sehat-Sehat Amat, Ini Fakta Mengejutkannya

03 Juli 2025 11:35
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Penelitian yang dipublikasikan di Scientific Reports awal tahun ini mengungkap hal mengejutkan: dari lebih dari 1.600 protein bar yang diteliti, banyak yang ternyata tidak mengandung protein sebanyak yang diklaim.

Sahabat.com - Sahabat, siapa sih yang nggak pernah nyomot protein bar saat buru-buru ke kantor atau sebelum nge-gym? Praktis, gampang dibawa, dan kelihatannya sehat banget, apalagi kalau bungkusnya penuh klaim “tinggi protein”. 

Tapi ternyata, hasil studi terbaru justru bikin kita harus mikir dua kali sebelum terlalu bergantung pada camilan ini.

Penelitian yang dipublikasikan di Scientific Reports awal tahun ini mengungkap hal mengejutkan: dari lebih dari 1.600 protein bar yang diteliti, banyak yang ternyata tidak mengandung protein sebanyak yang diklaim. 

Bahkan, jenis proteinnya pun sering kali bukan kualitas terbaik, sehingga tubuh nggak bisa menyerapnya secara maksimal. 

Eliza Whitaker, ahli gizi dan pendiri Nourished Nutrition and Fitness, bilang, “Artinya, kalau kamu cuma andalkan protein bar untuk kebutuhan protein, pertumbuhan dan pemeliharaan otot kamu mungkin nggak optimal.”

Penelitian ini melibatkan data dari situs OpenFoodFacts.org, dan menariknya, hampir setengah dari produk yang diteliti berasal dari Amerika Serikat. 

Tim peneliti lalu mengelompokkan protein bar berdasarkan jenis protein yang digunakan—mulai dari protein nabati seperti kacang polong dan beras, protein hewani seperti susu, sampai campuran susu, telur, kolagen, dan kedelai. 

Kemudian, mereka menggunakan simulasi pencernaan yang disebut Infogest untuk mengecek seberapa banyak protein yang benar-benar bisa diserap tubuh.

Hasilnya? Meski 81% bar memenuhi standar kalori dari protein menurut definisi peneliti (setidaknya 20% kalori dari protein), masih ada 19% yang nggak lolos. Dan bahkan yang mengandung protein “lengkap” seperti susu atau kedelai pun bisa saja daya cernanya rendah, antara 47% sampai 81%. 

Menurut Whitaker, “Protein berkualitas tinggi seharusnya mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh, dan biasanya mudah dicerna. Tapi nyatanya, banyak bar yang justru gagal di sini.”

László Abrankó, salah satu peneliti, menyebutkan bahwa bahan lain dalam protein bar—seperti serat atau lemak—kemungkinan besar memengaruhi proses penyerapan protein di tubuh. 

Jadi walaupun sumber proteinnya oke, efeknya bisa jadi kurang maksimal karena komposisi keseluruhan bar tersebut.

Protein bar memang praktis banget dan jadi favorit banyak orang yang sedang berusaha menambah asupan protein—apalagi di Amerika, sekitar setengah orang dewasa berusaha makan lebih banyak protein. 

Tapi seperti yang ditekankan Abrankó, “Kualitas nutrisi itu nggak bisa dinilai cuma dari satu komponen seperti protein.” 

Banyak protein bar adalah makanan ultra-proses, yang bisa menimbulkan efek negatif jika dikonsumsi berlebihan, seperti meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, bahkan diabetes tipe 2.

Meski begitu, Monica Amburn dari International Food Information Council menyebut bahwa protein bar tetap punya tempat di pola makan, terutama untuk orang dengan kebutuhan protein tinggi atau yang sedang mengalami penurunan nafsu makan karena sakit atau konsumsi obat tertentu. 

Tapi tetap ya, katanya, “Bar bukan satu-satunya sumber protein, sebaiknya hanya jadi pelengkap.”

Kalau kamu cari alternatif yang lebih alami, coba deh beralih ke yoghurt Yunani, keju cottage, telur rebus, daging kering (jerky), kacang-kacangan, dan biji-bijian. Menurut Whitaker, 

“Selain proteinnya berkualitas, makanan-makanan ini juga mengandung nutrisi tambahan seperti kalsium, lemak sehat, dan serat.”

Kalau kamu tetap mau makan protein bar, ada baiknya lebih selektif. Pilih yang mengandung protein dari sumber seperti whey, casein, atau susu jika kamu konsumsi protein hewani, atau dari kedelai dan kacang polong kalau kamu lebih memilih yang nabati. Dan jangan lupa cek kadar gula tambahan—usahakan seminimal mungkin. 

FDA memang nggak punya batasan spesifik untuk ‘rendah gula tambahan’, tapi idealnya nggak lebih dari 50 gram per hari (atau kurang dari 10% total kalori harian kamu).

Kesimpulannya, protein bar boleh-boleh aja dimakan sesekali, tapi jangan dijadikan sumber utama protein, ya. 

Seperti kata Amburn, “Protein bar itu fungsinya sebagai camilan atau pelengkap makanan, bukan makanan utama.” 

Jadi yang paling penting adalah kualitas pola makan kamu secara keseluruhan.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment