Sahabat.com - Sahabat, pernah kepikiran nggak, kalau makanan yang kita kasih ke anak-anak bisa jadi malah bikin mereka makin berisiko obesitas?
Sebuah penelitian baru dari Australia bikin banyak orang tua tercengang. Ternyata, hampir setengah dari makanan yang dikonsumsi anak-anak sekolah adalah ultra-processed food alias makanan ultra-proses.
Mulai dari kue-kue manis, biskuit, sereal sarapan, sampai fast food—semua ini menyumbang 47,2% dari total asupan energi harian mereka.
Penelitian ini melibatkan 682 anak usia 8 sampai 12 tahun di Victoria, Australia, dan dilakukan dalam dua gelombang, yakni antara 2010–2013 dan 2018–2019.
Anak-anak ini diminta mengisi catatan makanan selama 24 jam, lalu semua makanan yang dikonsumsi dikategorikan menurut jenis pemrosesannya.
Dari sini, peneliti bisa melihat proporsi makanan ultra-proses dalam menu harian mereka.
Yang mengejutkan, meskipun hampir semua anak makan makanan ultra-proses, dampaknya terhadap berat badan ternyata berbeda-beda tergantung usia.
Menurut para peneliti, anak usia 10–12 tahun yang mengonsumsi lebih banyak makanan jenis ini punya risiko lebih tinggi mengalami obesitas perut dan peningkatan indeks massa tubuh (IMT).
“Kami melihat, peningkatan 10% konsumsi makanan ultra-proses dalam berat total makanan yang dimakan berkaitan dengan peningkatan 0,07 poin dalam skor IMT dan 19% kenaikan risiko obesitas di area perut,” ujar tim peneliti.
Kalau sahabat penasaran, makanan ultra-proses ini bukan sekadar makanan yang diproses biasa. Mereka umumnya mengandung banyak tambahan buatan, rendah nutrisi alami, tapi tinggi kalori dan sangat menggoda lidah. Nggak heran sih kalau anak-anak doyan. Tapi, dampaknya terhadap kesehatan, terutama dalam jangka panjang, sangat meresahkan.
Penelitian ini memang dilakukan di Australia, tapi gaya makan anak-anak Indonesia sekarang pun mulai mirip—praktis, cepat saji, dan penuh camilan manis atau gurih. Kita sebagai orang tua atau pengasuh perlu lebih aware terhadap pola makan anak.
Bukan cuma soal kalori, tapi juga kualitas makanan yang mereka konsumsi. Karena, menurut penelitian ini, anak-anak dengan status sosial ekonomi tinggi pun tetap mengonsumsi makanan ultra-proses dalam jumlah besar. Artinya, masalah ini bukan soal kelas sosial, tapi pola konsumsi modern yang mulai jadi kebiasaan global.
Memang belum semua hasilnya menunjukkan hubungan langsung antara makanan ultra-proses dan obesitas secara umum. Tapi untuk anak-anak usia 10–12 tahun, tanda-tandanya sudah mulai terlihat. Apalagi kalau konsumsi makanan ini terus meningkat dari tahun ke tahun.
Pesan penting dari riset ini? Mulailah membiasakan anak makan lebih banyak makanan segar dan minim proses. Bisa dari buah-buahan, sayuran, makanan rumahan yang kita masak sendiri. Karena seperti kata peneliti, makanan rumahan pun kadang bisa menipu kalau bahannya sudah banyak yang diproses.
Jadi, yuk sahabat, mulai lebih selektif dalam memilih makanan buat si kecil. Kadang yang enak dan praktis itu justru jadi ‘jebakan manis’ buat kesehatan jangka panjang anak-anak kita.
0 Komentar
Gawat! Hampir Setengah Makanan Anak Kita Ternyata ‘Makanan Sampah’ dan Bisa Picu Obesitas!
Konsumsi Alpukat Tiap Hari Bikin Tidur Makin Nyenyak dan Jantung Lebih Sehat, Ini Alasannya!
Makan Buah dan Sayur Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Serangan Jantung? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Wah, Buah Ini Ternyata Ampuh Cegah Radang Usus! Simak Temuannya di Sini
Hati-Hati! Telur Organik Favoritmu Ditarik dari Pasaran Gara-Gara Bakteri Berbahaya Ini!
Makan Warna-warni Bisa Bikin Panjang Umur? Ini Fakta Mengejutkannya!
Leave a comment