Mengejutkan! Diet Mediterania Ternyata Bisa Meredakan Nyeri Perut Akibat IBS, Gak Seribet Diet FODMAP!

17 Juni 2025 18:49
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Sebuah penelitian kecil yang baru saja terbit menemukan kalau pola makan yang satu ini juga bisa bantu meredakan gejala Irritable Bowel Syndrome (IBS) alias sindrom iritasi usus besar.

Sahabat.com - Kalau kamu selama ini mengira diet Mediterania cuma bagus buat jantung dan otak, siap-siap dibuat tercengang! 

Sebuah penelitian kecil yang baru saja terbit menemukan kalau pola makan yang satu ini juga bisa bantu meredakan gejala Irritable Bowel Syndrome (IBS) alias sindrom iritasi usus besar. 

Buat kamu yang sering merasa perut kembung, sakit, atau gangguan buang air besar, bisa jadi ini kabar baik banget.
Penelitian ini menunjukkan bahwa diet Mediterania bisa jadi alternatif buat mereka yang kesulitan menjalani diet low FODMAP—sebuah pola makan super ketat yang selama ini jadi andalan untuk meredakan IBS. 

Prashant Singh, MBBS, salah satu peneliti sekaligus asisten profesor di University of Michigan Medical School bilang, “Kalau kamu nggak cocok sama diet low FODMAP tapi masih ingin coba terapi lewat makanan, masih ada beberapa opsi lain yang bisa dicoba.”

FYI, IBS itu cukup umum loh—diperkirakan sekitar 15% orang dewasa punya kondisi ini, walaupun nggak semuanya sadar. Salah satu penyebab utamanya adalah ketidakseimbangan mikrobioma usus, alias komunitas mikroorganisme yang tinggal di saluran cerna kita. Nah, makanan yang kita konsumsi ternyata punya pengaruh besar terhadap keseimbangan bakteri-bakteri baik ini. Jadi, nggak heran kalau pilihan makanan bisa berpengaruh langsung pada gejala IBS.

Kalau kamu baru dengar tentang diet low FODMAP, itu adalah diet yang menghindari makanan yang mengandung karbohidrat fermentasi tertentu yang bisa memicu gejala IBS. Sayangnya, pola makan ini cukup ribet karena harus ada proses eliminasi, reintroduksi makanan satu per satu, dan tahap pemeliharaan. Meski efektif, banyak orang merasa kewalahan menjalaninya.

Di sinilah diet Mediterania hadir sebagai penyelamat. Berbasis pada pola makan tradisional negara-negara sekitar Laut Tengah, diet ini penuh dengan sayur, buah, kacang-kacangan, biji-bijian utuh, ikan, minyak zaitun, dan makanan rendah lemak. Makanan olahan, gula tambahan, dan daging merah sangat dibatasi. Jadi meski tetap sehat, pola makan ini lebih fleksibel dan nggak “mencekik” seperti diet low FODMAP.

Dalam studi kecil tersebut, para peneliti membandingkan efek diet low FODMAP dan diet Mediterania pada penderita IBS selama empat minggu. Dari total 26 peserta, sebagian mengikuti diet Mediterania dan sebagian lagi diet low FODMAP. 

Hasilnya? Delapan dari sebelas orang yang menjalani diet Mediterania mengalami penurunan nyeri perut minimal 30%. Sementara di kelompok low FODMAP, sembilan dari sebelas orang juga mengalami penurunan yang serupa.
Walaupun hasil terbaik masih dipegang oleh diet low FODMAP, Singh menjelaskan bahwa “kedua diet ini sama-sama menunjukkan perbaikan gejala.” 

Jadi, bukan soal mana yang paling hebat, tapi mana yang paling cocok buat kamu.
Yang perlu dicatat, penelitian soal diet Mediterania untuk IBS ini memang masih baru banget. Ini bahkan baru uji klinis kedua, dan masih butuh penelitian lanjutan dengan jumlah peserta lebih banyak dan jangka waktu lebih panjang. Tapi setidaknya, ini jadi sinyal positif kalau diet sehat ini punya potensi yang lebih luas.

Amy Bragagnini, seorang ahli gizi dari Trinity Health Lacks Cancer Center juga menambahkan, “Di dunia nyata, pasien akan menerima panduan diet, lalu mereka harus cari resep, bikin daftar belanja, masak, dan menyesuaikan semuanya dengan kehidupan sehari-hari mereka.” 

Jadi diet yang praktis dan nggak terlalu rumit jelas punya nilai lebih.

Helen Burton-Murray, PhD dari Massachusetts General Hospital bahkan menyebutkan bahwa diet Mediterania jauh lebih mudah diikuti dan risikonya terhadap kekurangan gizi juga lebih kecil. 

Menurutnya, dibanding diet low FODMAP yang sebaiknya dijalani dengan pengawasan ahli gizi, diet Mediterania lebih cocok dijalankan dalam praktik sehari-hari.

Kalau kamu adalah orang yang sibuk mengurus rumah tangga, kerjaan, dan waktu me-time yang minim, Bragagnini menyarankan untuk coba pola makan ala Mediterania. 

“Memperhatikan gejala dan melakukan perubahan kecil dalam pola makan bisa memberikan dampak besar untuk sistem pencernaan,” ujarnya.

Jadi, kalau kamu sering merasa tidak nyaman dengan perutmu dan merasa diet yang sekarang terlalu ribet, mungkin sudah saatnya melirik cara makan ala Mediterania. Selain enak dan penuh warna, ternyata efeknya ke tubuh bisa luar biasa juga, lho!

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment