Kamu Pernah Kanker di Usia Muda? Ini Rahasia Mental yang Bikin Hidupmu Berubah!

20 Mei 2025 15:34
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Penelitian terbaru di JAMA Network Open menemukan, para penyintas kanker muda ini seringkali masih merasakan gejala depresi yang naik-turun bak roller coaster, sementara kecemasan mereka cenderung mereda seiring bertambahnya usia.

Sahabat.com - Ternyata, kalau kamu dulu pernah didiagnosis kanker antara usia 15–39 tahun, perjuangan mentalnya nggak cuma pas masa pengobatan, tapi bisa bertahan seumur hidup. 

Penelitian terbaru di JAMA Network Open menemukan, para penyintas kanker muda ini seringkali masih merasakan gejala depresi yang naik-turun bak roller coaster, sementara kecemasan mereka cenderung mereda seiring bertambahnya usia.

Studi dari University of Michigan ini melibatkan hampir 40.000 orang berusia di atas 50 tahun. Mereka dibagi jadi tiga kelompok: penyintas yang dulu kanker di usia remaja/dewasa muda, penyintas yang baru didiagnosis kanker saat dewasa, dan mereka yang tak pernah kena kanker. Semua menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar depresi, kecemasan, dan kondisi mental lain.

Hasilnya, gejala depresi para penyintas kanker muda membentuk “kurva U” sepanjang hidup—artinya di beberapa titik, levelnya bisa sangat tinggi. 

“Stres akibat pengalaman kanker mereka meninggalkan bekas yang sulit hilang,” jelas Anao Zhang, asisten profesor sosial kerja di U-M dan penulis pertama studi. 

Nah, kalau kecemasan, kabar baiknya gejalanya cenderung stabil di tahun-tahun berikutnya. Mungkin gara-gara mereka belajar bangkit dan jadi lebih tangguh.

Di usia paruh baya dan lanjut, kelompok penyintas usia muda ini justru menghadapi tantangan mental paling berat dibanding dua kelompok lain. 

Belum lagi masalah spesifik yang hanya mereka rasakan di awal—mulai dari potensi gangguan kesuburan, efek samping jantung, sampai beban biaya pengobatan. 

Mereka benar-benar butuh perhatian ekstra, terutama di masa-masa ketika kebanyakan orang mulai menikmati hidup tenang.

Peneliti juga mengingatkan para dokter onkologi untuk lebih peka terhadap beban mental pasien-pasien muda ini, bahkan setelah perawatan selesai. 

“Penelitian ini menyoroti kebutuhan kritis untuk dukungan psikologis berkelanjutan bagi kelompok unik ini,” ujar Zhang. 

Semoga dengan makin banyak yang peduli, kualitas hidup para penyintas kanker muda bisa terus meningkat.

Mari sebarkan informasi ini ke teman dan keluarga—siapa tahu mereka atau orang terdekat sedang berjuang lewat hal serupa.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment