Mitos Vaksin COVID-19 di Awal Kehamilan Dipatahkan! Ini Fakta Mengejutkan dari Studi Terbaru

11 Juni 2025 14:28
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Sebuah studi besar dari Jerman baru saja membantah mitos yang bikin cemas ini. Hasilnya? Vaksin mRNA ternyata tidak meningkatkan risiko cacat lahir besar pada bayi jika diberikan saat trimester pertama kehamilan. Lega, kan?

Sahabat.com - Buat sahabat yang sedang menanti buah hati atau sedang dalam perencanaan kehamilan, mungkin sempat muncul kekhawatiran: "Aman nggak sih kalau divaksin COVID-19 di trimester pertama?" Tenang, sahabat. 

Sebuah studi besar dari Jerman baru saja membantah mitos yang bikin cemas ini. Hasilnya? Vaksin mRNA ternyata tidak meningkatkan risiko cacat lahir besar pada bayi jika diberikan saat trimester pertama kehamilan. Lega, kan?

Penelitian ini dilakukan oleh para ahli dari Embryotox Centre di Jerman dan melibatkan lebih dari 3.700 ibu hamil, baik yang menerima vaksin maupun yang tidak. 

Mereka yang menerima vaksin, sebagian besar mendapatkan Comirnaty (Pfizer-BioNTech) dan Spikevax (Moderna), di usia kehamilan antara minggu ke-2 hingga ke-12. Data kehamilan mereka dibandingkan dengan kelompok ibu hamil yang belum divaksin. Hasil akhirnya bikin hati adem: angka kelainan bawaan pada bayi ternyata serupa di kedua kelompok.

“Tidak ada peningkatan signifikan dalam risiko cacat lahir besar setelah vaksinasi mRNA COVID-19 di trimester pertama,” ungkap tim peneliti dalam laporannya yang dipublikasikan di Clinical Microbiology and Infection. 

Bahkan, beberapa angka justru menunjukkan tren yang menguntungkan kelompok yang divaksin, seperti angka kelahiran prematur yang lebih rendah.

Memang ada temuan bahwa kelainan jantung bawaan sedikit lebih sering ditemukan di kelompok yang divaksin, tapi sebagian besar kasus ini terjadi setelah minggu ke-11—yakni setelah fase pembentukan septum jantung janin selesai. Artinya, sangat kecil kemungkinan ada kaitannya dengan vaksinasi.

Para peneliti juga mengingatkan bahwa bisa saja ibu yang divaksin lebih sering menjalani pemeriksaan ultrasonografi yang lebih detail, sehingga kelainan lebih cepat terdeteksi—fenomena yang disebut detection bias. Jadi, bukan karena vaksinnya berisiko, tapi karena skrining yang lebih intensif.

Oh ya, efek vaksin juga tidak terlihat signifikan dalam hal berat badan bayi saat lahir, ukuran kepala, atau usia kehamilan saat persalinan. Bahkan, angka bayi kecil untuk usia kehamilan (SGA) lebih rendah pada kelompok yang divaksin.

Penulis studi juga menyampaikan bahwa meski hasilnya menenangkan, tetap diperlukan pemantauan jangka panjang. Kalau bisa, vaksinasi tetap dilakukan sebelum kehamilan atau setelah trimester pertama, sekadar untuk berjaga-jaga.

So, buat sahabat yang lagi galau soal vaksinasi saat hamil muda, studi ini bisa jadi angin segar. Selalu diskusikan dengan tenaga kesehatan, ya. Ingat, kesehatan ibu dan si kecil adalah prioritas utama.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment