Obat Cerdas: Tren Nootropik yang Bikin Otak Lebih Fokus, Tapi Amankah?

28 Juli 2025 14:33
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Menurut sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2025, Ginkgo biloba dosis 240 mg per hari selama 20 minggu mampu meredakan gejala seperti pusing dan telinga berdenging pada pasien demensia.

Sahabat.com - Pernah dengar soal nootropik? Ini adalah istilah keren buat zat-zat yang disebut-sebut bisa bikin otak kita lebih tajam. Mulai dari suplemen herbal sampai obat resep dokter, nootropik makin populer di kalangan pelajar, pekerja kantoran, bahkan para lansia. 

Tujuannya satu: supaya fokus meningkat, ingatan makin kuat, dan kerja otak lebih maksimal. Tapi pertanyaannya, seberapa ampuh dan amankah nootropik ini?

Senyawa seperti modafinil dan donepezil adalah contoh nootropik yang diresepkan untuk kondisi seperti narkolepsi dan Alzheimer. Tapi di luar sana, banyak orang sehat juga mengonsumsi zat ini untuk mengejar produktivitas. Selain itu, herbal seperti Ginkgo biloba, Panax ginseng, dan Bacopa monnieri juga banyak dipakai karena dianggap bisa memperlancar aliran darah ke otak dan menangkal stres oksidatif yang bikin otak lelah.

Menurut sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2025, Ginkgo biloba dosis 240 mg per hari selama 20 minggu mampu meredakan gejala seperti pusing dan telinga berdenging pada pasien demensia. 

Sementara itu, anak-anak dengan ADHD yang mengonsumsi Bacopa monnieri sebanyak 100 mg per hari selama 12 minggu mengalami peningkatan memori, bahasa, dan perhatian.

Dalam dunia akademis, penelitian terhadap mahasiswa berusia 19–22 tahun menunjukkan bahwa konsumsi Bacopa dua kali sehari selama enam minggu meningkatkan daya ingat jangka pendek dan pemahaman bahasa. Studi lainnya juga menunjukkan kombinasi kafein dan L-theanine mampu membuat otak lebih fokus dan sigap dalam waktu singkat.

Namun tidak semua nootropik berasal dari alam. Ada juga versi sintetis seperti piracetam, noopept, atau oxiracetam yang bekerja lewat sistem neurotransmitter otak. 

Efeknya? Beragam. Beberapa mempercepat proses berpikir dan menguatkan daya ingat. Tapi risikonya juga tidak bisa diabaikan. Efek samping ringan seperti sakit kepala atau insomnia sering muncul, terutama bila dosisnya tidak dikontrol.

Dr. Benedette Cuffari, M.Sc., menekankan bahwa, “Sebagian besar nootropik alami relatif aman jika digunakan dengan pengawasan medis. Tapi saat produk-produk ini dikombinasikan tanpa regulasi yang jelas, risikonya bisa meningkat—baik dari sisi efek samping maupun potensi kecanduan.”

Fakta mengejutkan lainnya datang dari studi pasar di Eropa dan Australia. Sebanyak 68% produk nootropik yang dijual secara daring berasal dari jalur ilegal, dan sekitar 50% mengandung zat resep seperti modafinil, phenibut, bahkan bahan kimia eksperimental yang belum diuji toksisitasnya secara menyeluruh.

Yang jadi perdebatan etis adalah ketika nootropik dipakai oleh orang sehat hanya demi performa. Apakah itu bentuk kecurangan? Atau cuma alat bantu seperti kopi atau kalkulator? Sebagian orang merasa tekanan sosial untuk ikut memakai nootropik demi tidak ketinggalan, terutama di lingkungan akademik dan kerja yang kompetitif.

Intinya, nootropik bisa memberikan manfaat bagi fungsi otak—tapi tidak semua cocok untuk digunakan bebas tanpa kontrol. Baik itu dari tanaman herbal, obat resep, atau suplemen sintetis, penggunaannya perlu disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi kesehatan, dan tentunya, pertimbangan risiko. Kalau kamu tertarik mencobanya, pastikan dulu kamu paham betul apa yang kamu konsumsi dan konsultasikan dengan ahli.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment