Peringatan dari Para Ahli: Makanan Kaleng Berisiko Besar Bagi Kesehatan Publik

01 November 2024 11:27
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Paparan merkuri yang berlebihan dapat merusak otak, jantung, ginjal, paru-paru, dan sistem kekebalan tubuh. Jika merkuri masuk ke aliran darah bayi yang belum lahir atau anak kecil, dapat membahayakan sistem saraf mereka, mengganggu kemampuan berpikir dan belajar.

Sahabat.com - Makanan kaleng, terutama tuna, dikaitkan dengan risiko kesehatan yang serius akibat kontaminasi logam beracun. Sebuah penyelidikan yang mengkhawatirkan menemukan bahwa hampir semua tin tuna yang diuji mengandung merkuri.

Pengujian dilakukan pada hampir 150 tin yang dibeli di Prancis, Italia, Spanyol, Jerman, dan Inggris. Hasilnya menunjukkan semua tin terkontaminasi merkuri, dengan 57 persen dari sampel melebihi batas aman yang ditetapkan.

Karine Jacquemart, CEO Foodwatch Prancis, salah satu lembaga yang terlibat dalam laporan tersebut, menyatakan, "Apa yang kita konsumsi berisiko besar bagi kesehatan publik, tetapi tidak dianggap serius. Kami tidak akan berhenti hingga ada standar perlindungan yang lebih baik di Eropa."

Berdasarkan hukum yang berlaku di Uni Eropa dan Inggris, batas maksimum merkuri dalam tuna adalah 1 mg/kg, dan 0,3 mg/kg untuk jenis ikan lainnya seperti cod. Namun, temuan menunjukkan satu tin tuna yang dibeli di Carrefour City Paris mengandung merkuri dengan kadar 3,9 mg/kg, yang 13 kali lipat melebihi batas aman.

Foodwatch dan organisasi non-pemerintah Bloom meminta negara-negara Eropa untuk mengaktifkan klausul perlindungan guna mencegah penjualan dan promosi produk yang melebihi 0,3 mg/kg. Mereka juga menyerukan agar semua produk tuna ditarik dari kantin sekolah, tempat penitipan anak, rumah sakit, dan panti jompo.

Rata-rata orang Eropa mengkonsumsi lebih dari 2,8 kilogram tuna per tahun, setara dengan sekitar 25 tin. Sebagian besar merkuri di atmosfer, akibat aktivitas manusia dan alam, berakhir di lautan dan diubah menjadi metilmerkuri oleh organisme kecil.

Metilmerkuri dapat terakumulasi dalam rantai makanan, terutama pada predator puncak seperti tuna, hiu, dan ikan pedang, yang mengkonsumsi ikan lebih kecil dan mengakumulasi merkuri lebih banyak seiring waktu. Paparan metilmerkuri dapat merusak ginjal dan sistem saraf, serta meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

Wanita hamil dan anak-anak sangat rentan terhadap paparan merkuri, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Meski belum ada data manusia yang secara langsung mengaitkan paparan merkuri dengan kanker, beberapa studi pada hewan menunjukkan bahwa paparan tinggi dapat memicu perkembangan tumor.

Apa itu Keracunan Merkuri?

Merkuri secara alami terakumulasi dalam ikan, kerang, dan hewan yang memakan ikan. Tingkat yang lebih tinggi ditemukan pada ikan predator puncak, seperti marlin, hiu, dan ikan pedang. Sumber lain dari merkuri termasuk tambalan gigi.

Paparan merkuri yang berlebihan dapat merusak otak, jantung, ginjal, paru-paru, dan sistem kekebalan tubuh. Jika merkuri masuk ke aliran darah bayi yang belum lahir atau anak kecil, dapat membahayakan sistem saraf mereka, mengganggu kemampuan berpikir dan belajar.

Gejala keracunan merkuri dapat mencakup:

- Gangguan penglihatan tepi
- Sensasi kesemutan
- Koordinasi yang buruk
- Kesulitan berbicara, mendengar, atau menjaga keseimbangan
- Kelemahan otot

Tingkat merkuri yang sehat dalam darah seseorang seharusnya kurang dari 10 ng/mL. Satu porsi halibut, lingcod, atau salmon hiu dapat melebihi kadar tersebut, menurut pemerintah Alaska.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment