Peringkat Virus Bawaan Makanan Berdasarkan Frekuensi dan Keparahan Berdasarkan WHO dan FAO

19 Desember 2024 14:44
Penulis: Alamsyah, lifestyle
FAO mengharapkan para ahli untuk membantu menilai beban penyakit global yang disebabkan oleh spesies Clostridium yang terkait dengan makanan dan memperbarui karakterisasi bahaya serta strategi pencegahannya.

Sahabat.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) baru-baru ini menerbitkan laporan yang memeringkat virus bawaan makanan berdasarkan frekuensi dan tingkat keparahannya. Laporan ini juga memberikan wawasan mengenai virus-virus yang berisiko tinggi terhadap kesehatan masyarakat.

Laporan tersebut adalah hasil dari pertemuan WHO dan FAO yang fokus pada analisis metode, atribusi pangan, dan indikator terkait. Para ahli yang terlibat dalam pertemuan ini meninjau literatur ilmiah yang diterbitkan sejak laporan terakhir pada 2008, serta data yang diperoleh terkait dengan virus bawaan makanan.

Norovirus, Hepatitis A, dan Hepatitis E: Penyebab Utama Penyakit Bawaan Makanan

Norovirus tercatat sebagai penyebab utama penyakit bawaan makanan akibat virus, diikuti oleh virus hepatitis A dan hepatitis E. Hepatitis A dan E memiliki tingkat keparahan yang lebih tinggi dibandingkan norovirus. Selain itu, virus lainnya yang termasuk dalam kelompok ketiga adalah rotavirus, sapovirus, enterovirus, astrovirus, dan enteric adenovirus.

Beberapa pasangan virus-komoditas yang memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat termasuk makanan olahan, buah beri beku, dan kerang untuk norovirus dan Hepatitis A. Sementara itu, untuk Hepatitis E, daging babi dan hewan buruan liar menjadi sumber yang paling sering terkait.

Angka Penyakit dan Kematian Global

Norovirus diperkirakan menyebabkan sekitar 125 juta kasus penyakit dan 35.000 kematian setiap tahun di seluruh dunia. Virus Hepatitis A menyebabkan sekitar 14 juta kasus dan 28.000 kematian, sedangkan untuk Hepatitis E, tidak ada perkiraan pasti terkait jumlah kasus yang disebabkan oleh makanan.

Penting untuk dicatat bahwa Hepatitis A dapat dicegah dengan vaksin, dan penyakit ini harus dilaporkan oleh praktisi kesehatan di banyak negara.

Tantangan dalam Deteksi dan Kuantifikasi Virus

Meskipun metode deteksi asam nukleat virus telah menjadi standar, metode ini tidak selalu menunjukkan daya infeksi. Beberapa faktor seperti kompleksitas makanan dan tingkat kontaminasi yang rendah dapat membatasi efektivitas metode ini. Selain itu, ada kesenjangan dalam data yang tersedia untuk mengidentifikasi makanan dalam kelompok ketiga yang dapat terkontaminasi virus.

Masalah Virus Lainnya dan Dampak Perubahan Iklim

Laporan juga mencatat masalah terkait dengan virus lain seperti ensefalitis yang ditularkan melalui kutu di Eropa, serta virus Nipah yang dapat ditularkan melalui kontak dengan hewan terinfeksi. Wabah virus Nipah sebelumnya telah terkait dengan konsumsi nira kurma mentah yang terkontaminasi oleh kelelawar buah.

Perubahan iklim menjadi faktor yang semakin relevan dalam penularan virus melalui makanan. Hal ini dapat meningkatkan tantangan dalam deteksi dan pencegahan, serta mengharuskan pendekatan yang lebih hati-hati dalam analisis risiko.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Kapasitas Deteksi Virus

Para ahli merekomendasikan negara-negara untuk meningkatkan kapasitas dalam mendeteksi virus dalam makanan dan lingkungan. Ini termasuk pelatihan yang lebih baik dan penerapan metode deteksi yang lebih efektif, yang dapat membantu mengurangi beban penyakit bawaan makanan akibat virus.

Pencarian Pakar dan Data tentang Clostridium

Di sisi lain, FAO juga mengumumkan pencarian pakar dan data mengenai pengendalian spesies Clostridium dalam makanan. Organisasi ini ingin mengumpulkan temuan penelitian terkini terkait Clostridium botulinum, Clostridium perfringens, dan Clostridium difficile, serta data yang terkait dengan prevalensi kontaminasi dan strategi pencegahan. Pertemuan terkait hal ini akan diadakan di Roma, Italia, pada Februari 2025.

FAO mengharapkan para ahli untuk membantu menilai beban penyakit global yang disebabkan oleh spesies Clostridium yang terkait dengan makanan dan memperbarui karakterisasi bahaya serta strategi pencegahannya. Peninjauan terhadap kandidat ahli akan dimulai pada 6 Januari 2025.

Dengan diterbitkannya laporan ini, WHO dan FAO berharap dapat memperkuat upaya global dalam mengurangi dampak penyakit bawaan makanan dan meningkatkan pemahaman tentang risiko yang terkait dengan virus dan patogen lainnya dalam makanan.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment