Sahabat.com - Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal JAMA Network Open menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam jumlah orang muda yang menjalani kolonoskopi setelah batas usia skrining kanker kolorektal diturunkan menjadi 45 tahun.
Pada tahun 2021, Satuan Tugas Layanan Pencegahan AS (USPSTF) merekomendasikan untuk memulai skrining pada usia 45 tahun, menurunkan rekomendasi sebelumnya yang menetapkan usia 50 tahun. Selama dua dekade terakhir, kasus kanker kolorektal di kalangan individu di bawah 50 tahun terus meningkat.
Rekomendasi dari USPSTF menjadi penting karena jika suatu kelompok didukung untuk melakukan skrining, asuransi kesehatan cenderung menanggung biaya tersebut. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa meskipun tingkat skrining di kalangan usia 45 hingga 49 tahun masih rendah, angka tersebut meningkat tiga kali lipat setelah perubahan pedoman tersebut.
Sunny Siddique, peneliti kanker di Sekolah Kesehatan Masyarakat Yale, menyatakan, "Menarik untuk melihat seberapa cepat peningkatan ini terjadi setelah pedoman dirilis, terutama mengingat pandemi yang menghambat skrining." Tim Siddique menganalisis data dari lebih dari 10 juta peserta yang diasuransikan oleh Blue Cross Blue Shield. Mereka menemukan bahwa tingkat skrining kolorektal di kalangan orang berusia 45 hingga 49 tahun meningkat dari sekitar 0,5% menjadi 1,5% dalam waktu satu setengah tahun setelah pedoman baru diterapkan.
Meskipun tampak kecil, peningkatan 1% tersebut berarti ratusan ribu orang. Peneliti juga mencatat perbedaan akses terhadap skrining berdasarkan status sosial ekonomi. "Kami menemukan bahwa orang-orang di daerah kaya mengalami peningkatan terbesar dalam tingkat pemeriksaan," tambah Siddique. "Akses ke layanan ini lebih rendah di daerah dengan tingkat sosial ekonomi rendah."
Menurut American Cancer Society, sekitar 11% kasus kanker kolorektal didiagnosis pada individu di bawah 50 tahun, yang setara dengan sekitar 20.000 orang. Dr. Christopher Lieu, direktur onkologi medis gastrointestinal di Fakultas Kedokteran Universitas Colorado, menegaskan, "Kanker kolorektal yang muncul pada usia muda merupakan masalah serius. Skrining yang tidak dilakukan dapat mengakibatkan kanker ditemukan pada stadium lanjut."
Dr. Lieu juga menyoroti bahwa meskipun hasil studi ini menjanjikan, skrining di antara individu tanpa asuransi—yang tidak termasuk dalam penelitian ini—kemungkinan masih rendah. "Salah satu faktor penentu utama dalam mendapatkan pemeriksaan kanker adalah status asuransi," ujarnya.
Peningkatan skrining di antara mereka yang memiliki asuransi juga mungkin disebabkan oleh penggunaan metode skrining noninvasif yang lebih luas, seperti Cologuard, tes tinja dengan akurasi 92%, dan Shield, tes darah yang mendeteksi kanker kolorektal pada 83% pasien. Jika hasil tes ini positif, dokter akan merekomendasikan kolonoskopi lanjut.
Dr. Marwan Fakih, direktur program gastrointestinal di City of Hope, menekankan bahwa kolonoskopi tetap menjadi standar emas untuk skrining kanker kolorektal. "Kolonoskopi dapat mendeteksi tumor kanker serta polip prakanker yang dapat diangkat," ujarnya. Meski demikian, metode noninvasif seperti tes tinja dan darah tetap penting untuk meningkatkan jumlah orang yang menjalani skrining, meskipun tidak semua orang cocok dengan metode ini. "Bagi mereka dengan riwayat kanker usus besar atau keluarga yang kuat, kolonoskopi tetap menjadi pilihan utama," pungkas Fakih.
0 Komentar
Kasur Bayi Bisa Bahayakan Otak Anak? Ini Fakta Mengejutkan yang Wajib Diketahui Para Orang Tua!
Mau Tekanan Darah Stabil Tanpa Ribet? Rahasia Sederhana Ini Lebih Ampuh dari Cuma Kurangi Garam!
Cuaca Ekstrem Bikin Kita Doyan Lemak? Ini Fakta Mengejutkannya!
Kaki Sering Dingin dan Berat? Waspada, Bisa Jadi Tanda Masalah Serius di Pembuluh Darah!
Leave a comment