Studi Ungkap Bahaya Membakar Dupa bagi Penderita Alergi dan Asma

25 Oktober 2024 13:44
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Penulis studi juga menekankan bahwa selain dampak kesehatan, pembakaran dupa turut berkontribusi terhadap polusi udara dan dapat menimbulkan risiko kebakaran.

Sahabat.com - Membakar dupa merupakan praktik umum dalam berbagai budaya untuk keperluan keagamaan, meditasi, dan pemujaan leluhur. Namun, sebuah studi yang dipresentasikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan American College of Allergy, Asthma and Immunology (ACAAI) di Boston memperingatkan bahwa aktivitas ini dapat menimbulkan risiko kesehatan serius bagi penderita alergi dan asma, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.

Dalam studi tersebut, peneliti menggambarkan kasus seorang wanita berusia 87 tahun dengan riwayat asma dan PPOK yang mengalami sesak napas tanpa penyebab jelas. 

"Riwayat medisnya menunjukkan bahwa ia membakar dupa setiap hari. Setelah kami menyarankan agar ia berhenti, pasien menolak karena praktik itu dianggapnya sebagai penghormatan kepada leluhur. Kami kemudian merekomendasikan alat pembakar dupa elektrik, yang ternyata berhasil meredakan gejalanya," jelas Gomeo Lam, BA, penulis utama makalah ini.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pembakaran dupa dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, seperti sakit kepala, disfungsi pernapasan, sensitivitas kulit, dan reaksi alergi. Asap dupa mengandung berbagai bahan berbahaya, termasuk karbon, sulfur, nitrogen oksida, formaldehida, serta senyawa volatil aromatik polisiklik yang bersifat karsinogenik. Dalam satu gram dupa yang dibakar, terdapat sekitar 45 mg partikel, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 10 mg dari rokok.

"Orang yang membakar dupa sering kali tidak menyadari dampaknya terhadap anggota keluarga, termasuk anak-anak, yang terpapar asapnya," kata ahli alergi Mary Lee-Wong, penulis senior studi dan anggota ACAAI. 

Ia menambahkan bahwa, mirip dengan asap rokok, residu asap dupa dapat menempel pada furnitur, pakaian, dan barang-barang lainnya, dan dapat bertahan selama berbulan-bulan.

Penulis studi juga menekankan bahwa selain dampak kesehatan, pembakaran dupa turut berkontribusi terhadap polusi udara dan dapat menimbulkan risiko kebakaran. Mereka menyarankan agar para praktisi kesehatan mempertimbangkan makna sakral dari pembakaran dupa saat memberikan konseling kepada pasien. Namun, risiko kesehatan yang terkait dengan praktik ini tidak boleh diabaikan. 

Setelah mengevaluasi penggunaan dupa, praktisi kesehatan dapat merekomendasikan alternatif seperti uap elektrik atau aromaterapi, peningkatan ventilasi, dan pembatasan waktu pembakaran untuk mengurangi bahaya dan memperbaiki gejala.
 

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment