Sahabat.com - Apa jadinya kalau ternyata obsesi menurunkan berat badan justru bikin tubuh dan pikiran kamu makin nggak sehat? Yup, ini bukan mitos.
Kini makin banyak dokter yang menyuarakan hal ini: berhenti menganggap angka di timbangan sebagai ukuran utama kesehatan. Sebab faktanya, upaya penurunan berat badan sering kali gagal bertahan lama dan malah berujung pada stres, stigma, bahkan gangguan makan.
Dalam sebuah tulisan yang terbit di The BMJ, sekelompok dokter termasuk Dr. Juan Franco bilang bahwa terlalu fokus mengejar berat badan ideal bisa menyesatkan.
"Kebanyakan orang dengan berat badan tinggi nggak akan bisa mempertahankan penurunan berat badan hanya dengan ubah gaya hidup," kata Dr. Franco.
Selain itu, katanya, program diet sering kali memunculkan stigma dan persepsi negatif terhadap tubuh gemuk, yang justru bisa memperburuk kondisi mental dan fisik seseorang.
Padahal, pola makan sehat dan aktif bergerak memang penting banget. Tapi itu nggak bisa dinilai hanya dari berat badan seseorang. Para ahli menyarankan agar tenaga medis mulai mengedepankan pendekatan yang lebih manusiawi—berbasis bukti dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing orang. Nggak peduli bentuk tubuhnya, semua orang pantas dapat perhatian medis yang penuh empati.
Selama bertahun-tahun, pendekatan ‘kalori masuk vs kalori keluar’ dianggap solusi utama untuk obesitas. Tapi ternyata, berdasarkan studi terbaru, pendekatan ini jarang berhasil dalam jangka panjang dan nggak terbukti signifikan menurunkan risiko serangan jantung atau kematian dini.
Jadi, walaupun hidup sehat tetap penting, mengejar berat badan semata bukanlah tujuan utama. Justru, fokus pada perawatan yang empatik dan personal bisa memberi hasil yang lebih baik dan membuat pasien merasa lebih didengar.
Yang juga perlu diperhatikan adalah bias terhadap berat badan. Masih banyak anggapan negatif yang dilekatkan pada orang bertubuh besar, dan ini bisa berdampak buruk pada kesehatan mental mereka.
Nggak jarang, karena merasa dihakimi, mereka justru jadi punya pola makan yang nggak sehat atau malah berat badannya makin naik.
Alternatifnya? Pendekatan seperti Health at Every Size (HAES) mulai mendapat tempat. Pendekatan ini bilang bahwa kesehatan bisa dicapai di berbagai ukuran tubuh, dan hasilnya cukup menjanjikan dalam memperbaiki pola makan tanpa menekankan angka timbangan. Meskipun perlu uji klinis lebih besar, pendekatan ini dinilai bisa menginspirasi tenaga medis untuk memberikan perawatan yang lebih inklusif dan penuh kasih.
"Dokter harus siap memberi informasi tentang manfaat dan risiko dari program penurunan berat badan, serta mencegah risiko gangguan makan dan dampak jangka panjang terhadap metabolisme," tulis para peneliti.
Menurut mereka, pendekatan yang fokus pada pasien akan lebih bermanfaat karena sesuai dengan preferensi dan kondisi tiap individu, sekaligus mengurangi bias berat badan.
Kesimpulannya, saran untuk makan sehat dan beraktivitas fisik tetap penting. Tapi, tujuan utama seharusnya bukan angka di timbangan, melainkan kesehatan yang menyeluruh dan perhatian yang tulus pada apa yang dibutuhkan setiap orang.
0 Komentar
Liburan Bisa Picu Serangan Jantung? Waspada Holiday Heart Syndrome Saat Natal dan Tahun Baru
Anak Minta Smartphone Sejak Dini? Studi Ini Bongkar Usia Paling Aman dan Dampaknya bagi Kesehatan
Trik Bugar Usia 40+: Rahasia Latihan dari Pelatih Selebriti yang Bikin Tubuh Tetap Kuat & Awet Muda
Kok Bisa? Atlet Justru Punya Risiko Gangguan Irama Jantung Lebih Tinggi, Ini Penjelasannya
Sydney Sweeney Pamer Foto Berani Saat Bersiap ke Premiere ‘The Housemaid’, Netizen Terpukau
Riset Terbaru Ungkap Manfaat Kerja dari Rumah untuk Kesehatan Mental, Wanita Paling Diuntungkan
Riset Baru Ungkap Risiko Tersembunyi Tato: Bisa Ganggu Imunitas hingga Pengaruh Vaksin
Terbukti! Punya Hewan Peliharaan Bikin Lansia Lebih Panjang Umur dan Otak Tetap Tajam
Ramalan Shio Kuda 2026: Karier, Cinta, dan Kondisi Finansial
Leave a comment