Rahasia Kulit Glowing dengan Dry Brushing: Tren Viral Ini Bikin Kamu Pengen Coba Sekarang Juga!

10 Juli 2025 14:34
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Biasanya, ritual ini cuma butuh waktu sekitar 3-5 menit, dan paling oke dilakukan sebelum mandi biar sel kulit mati yang terangkat bisa langsung dibilas. Setelahnya, wajib banget pakai pelembap biar kulit nggak kering dan iritasi.

Sahabat.com - Dry brushing atau menyikat kulit dalam keadaan kering lagi ramai dibahas di mana-mana. 

Mulai dari media sosial sampai menu perawatan spa, semua ngomongin teknik eksfoliasi murah meriah ini yang katanya bisa bantu lancarin sirkulasi dan bikin kulit lebih halus. Tapi... bener nggak sih semua klaim ini? Yuk, kita bahas lebih santai dan jujur!

Dry brushing itu sebenarnya teknik eksfoliasi mekanik. Jadi kamu pakai sikat dari serat alami yang kaku untuk menyikat kulit kering—ya, kering beneran, bukan setengah basah. 

Gerakannya harus satu arah dan mengarah ke area drainase limfa seperti ketiak, selangkangan, atau dada, karena katanya ini bisa bantu “ngedorong” aliran limfa dan darah ke arah jantung.

Biasanya, ritual ini cuma butuh waktu sekitar 3-5 menit, dan paling oke dilakukan sebelum mandi biar sel kulit mati yang terangkat bisa langsung dibilas. Setelahnya, wajib banget pakai pelembap biar kulit nggak kering dan iritasi.

Beberapa orang percaya dry brushing bisa bantu detox tubuh, bikin kulit lebih kencang, sampai ngurangin tampilan selulit. Sikatannya yang berirama juga katanya bisa ngasih efek kayak dipijat ringan yang bikin mood naik. Bahkan ada yang ngerasa lebih segar dan energik habis nyikat kulit. 

“Rasanya kayak kulit ketarik dan bersih banget,” kata beberapa penggemar dry brushing yang udah lama rutin lakuin ini.

Tapi, jangan buru-buru latah dulu. Para dermatolog ternyata punya pandangan yang lebih realistis. Mereka bilang, manfaat utama dry brushing ya cuma sebatas ngangkat sel kulit mati, yang bikin kulit jadi lebih halus sementara. Klaim soal detoks dan lancarin limfa? Belum terbukti secara medis. 

Faktanya, limfa hanya bergerak karena kontraksi otot atau tekanan dari luar, misalnya saat kita jalan kaki. Dan brushing ini ternyata nggak cukup kuat buat ngaruh besar ke sistem limfatik tubuh.

Ada juga risiko yang perlu diperhatikan. Sikat yang terlalu kasar atau durasi brushing yang kelewat lama bisa bikin lapisan pelindung kulit rusak. 

Kalau kamu punya kulit sensitif, eczema, jerawat parah, atau luka, dry brushing malah bisa bikin masalah makin parah. 
Jadi, pemilik kulit rewel mending hindari dulu deh. 

Bahkan buat kulit normal pun, brushing-nya disarankan maksimal 2-3 kali seminggu, dan jangan terlalu keras ya. 
Kalau kulit mulai merah banget, perih, atau kencang kayak ditarik, itu tanda udah kebanyakan.

Kalau dibandingin sama metode eksfoliasi lain, dry brushing ini termasuk yang paling sederhana dan permukaannya paling “ringan”. 

Exfoliator kimia seperti AHA atau BHA bisa nembus sampai lapisan kulit lebih dalam dan terbukti efektif atasi jerawat, hiperpigmentasi, dan penuaan dini. Ada juga scrub enzim dari pepaya atau nanas yang lebih lembut untuk kulit sensitif. Nah, microdermabrasion, teknik klinis dengan alat khusus, bahkan bisa bantu regenerasi kolagen dan perbaiki bekas luka. Dibanding semuanya, dry brushing emang paling gampang dan murah, tapi juga yang paling sedikit diteliti efektivitasnya.

Singkatnya, dry brushing boleh dicoba buat kamu yang suka skincare DIY dan ritual me-time di rumah. Tapi, jangan berharap hasil instan atau terlalu dramatis. Ini lebih ke perawatan kulit ringan buat relaksasi dan eksfoliasi permukaan aja. 

Pastikan kamu peka sama reaksi kulitmu, jangan lupa bersihin sikatnya tiap kali dipakai, dan pakai pelembap setelahnya. Kalau muncul iritasi atau sensasi nggak nyaman, lebih baik dihentikan dulu. Kulit kamu bukan tempat eksperimen tanpa aturan, ya!

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment