Usia Muda pada Diagnosis Diabetes Tipe 2 Tingkatkan Risiko Kematian

29 November 2024 14:41
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Selama ini, T2D lebih sering ditemukan pada kelompok usia paruh baya dan lanjut usia, namun kini semakin banyak kasus T2D ditemukan pada kelompok usia yang lebih muda.

Sahabat.com - Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Scientific Reports mengungkapkan hubungan antara usia saat diagnosis diabetes tipe 2 (T2D) dan risiko kematian. 

Diabetes tipe 2, yang disebabkan oleh hiperglikemia akibat kerusakan sel β dan resistensi insulin, merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum. Pada tahun 2021, diperkirakan ada 537 juta orang yang menderita T2D, dan angka ini diproyeksikan akan meningkat menjadi 783 juta pada tahun 2045.

Selama ini, T2D lebih sering ditemukan pada kelompok usia paruh baya dan lanjut usia, namun kini semakin banyak kasus T2D ditemukan pada kelompok usia yang lebih muda. T2D yang terdiagnosis pada usia lebih muda cenderung lebih agresif, dengan risiko komplikasi terkait diabetes dan kematian yang lebih tinggi serta hasil yang lebih buruk.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara usia saat diagnosis T2D dan risiko penyakit jantung (CVD) serta kematian akibat semua penyebab. Data yang digunakan berasal dari National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES) yang mencakup lebih dari 101.000 individu di Amerika Serikat, yang dilakukan antara tahun 1999 hingga 2018.

Diabetes didefinisikan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu 1) riwayat yang dilaporkan sendiri, 2) penggunaan obat untuk menurunkan kadar gula darah, 3) kadar hemoglobin A1c (HbA1c) ≥ 6,5%, dan 4) kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL. Usia saat diagnosis T2D dilaporkan sendiri oleh peserta dan dibagi menjadi tiga kategori: <40 tahun, 40–59 tahun, dan ≥60 tahun.

Penelitian ini menggunakan model regresi linier dan uji chi-squared untuk membandingkan variabel kontinu dan kategori. Model regresi Cox multivariat digunakan untuk menyelidiki hubungan antara usia diagnosis T2D dan kematian (semua penyebab dan kardiovaskular). Selain itu, model propensity score matching digunakan untuk menghitung tingkat kematian yang distandarisasi dengan mencocokkan setiap kelompok usia diagnosis T2D dengan kelompok non-diabetes yang sesuai berdasarkan usia, jenis kelamin, dan ras.

Penelitian ini melibatkan 8.654 peserta dengan rata-rata usia 59,61 tahun. Usia rata-rata saat diagnosis T2D adalah 51,7 tahun. Sebagian besar peserta adalah pria (51,59%) dan beretnis kulit putih non-Hispanik (35,19%). Ketiga kelompok usia (di bawah 40, 40–59, dan ≥60 tahun) diikuti selama 67.554, 67.609, dan 67.625 tahun orang, berturut-turut.

Peserta yang terdiagnosis pada usia yang lebih muda cenderung memiliki kebiasaan merokok, lebih banyak perempuan, lebih banyak orang Mexico Amerika, lebih banyak orang kulit hitam non-Hispanik, serta menggunakan insulin lebih sering dan memiliki durasi diabetes yang lebih lama. Mereka juga memiliki tingkat pendidikan dan pendapatan yang lebih rendah serta kadar HbA1c, BMI, eGFR, dan kadar glukosa plasma puasa yang lebih tinggi.

Secara keseluruhan, tercatat 722 kematian akibat penyakit jantung dan 2.582 kematian akibat semua penyebab. Dalam model yang belum disesuaikan, usia yang lebih tua saat diagnosis T2D terkait dengan kematian yang lebih tinggi akibat semua penyebab dan penyakit jantung. Namun, setelah dilakukan penyesuaian, usia yang lebih tua saat diagnosis justru terkait dengan kematian yang lebih rendah. Risiko kematian meningkat seiring dengan penurunan usia saat diagnosis. Misalnya, rasio hazard (HR) untuk kematian akibat semua penyebab pada kelompok usia <40 dibandingkan dengan kelompok usia ≥60 adalah 2,72 (95% CI: 1,83-4,05) setelah penyesuaian penuh.

Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usia yang lebih muda saat diagnosis T2D terkait dengan kematian yang lebih tinggi akibat penyakit jantung dan semua penyebab. Analisis regresi spline kubik terbatas menunjukkan hubungan linier antara usia saat diagnosis dan kematian akibat semua penyebab. Menariknya, analisis juga menemukan titik balik pada kematian kardiovaskular di usia 54 tahun, di mana risiko menurun hingga usia 54 tahun dan kemudian meningkat secara bertahap.

Analisis subkelompok menunjukkan tidak ada interaksi signifikan berdasarkan jenis kelamin, ras, eGFR, BMI, CVD, dan konsumsi alkohol. Namun, hubungan antara usia saat diagnosis dan kematian lebih kuat pada individu dengan hipertensi dan perokok aktif.

Secara keseluruhan, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa usia yang lebih muda saat diagnosis T2D berhubungan dengan peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung dan semua penyebab. Hubungan ini lebih kuat pada perokok aktif dan orang dengan hipertensi.

Hasil penelitian ini menekankan pentingnya diagnosis dini dan strategi intervensi untuk T2D, khususnya pada populasi yang lebih muda. Penelitian ini juga menunjukkan perlunya prediksi dan manajemen risiko yang lebih personal, terutama bagi individu dengan hipertensi atau yang merokok.

Namun, penelitian ini memiliki keterbatasan, seperti ketergantungan pada data yang dilaporkan melalui kuesioner yang rentan terhadap bias ingatan, serta tidak mencatat jenis diabetes yang dialami peserta NHANES, yang membatasi generalisasi hasil penelitian ini.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment