Sahabat.com - Penelitian terbaru menemukan bahwa usus yang tidak sehat ternyata bisa berdampak besar pada jantung, bahkan hingga meningkatkan risiko gagal jantung.
Kondisi ini dikenal sebagai leaky gut atau usus bocor, di mana lapisan pelindung usus melemah dan memungkinkan racun serta metabolit berbahaya masuk ke aliran darah.
Sebuah tinjauan ilmiah yang dimuat di Heart Failure Reviews mengungkapkan bahwa ketidakseimbangan mikrobioma usus dapat memicu peradangan sistemik yang merusak fungsi jantung.
Dalam studi ini, para peneliti meninjau hampir 50 publikasi ilmiah yang menelusuri kaitan antara gagal jantung dan gut dysbiosis—ketidakseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan.
“Banyak pasien gagal jantung mengalami penurunan aliran darah ke saluran pencernaan, yang membuat usus rentan bocor. Ini membuka jalur bagi racun bakteri untuk memasuki sirkulasi tubuh, dan efek domino-nya bisa sangat merusak,” jelas Dr. A.E.A. Shoukry, penulis utama studi tersebut.
Salah satu racun utama yang terlibat adalah lipopolisakarida (LPS), bagian dari dinding sel bakteri gram-negatif. Ketika LPS masuk ke darah, zat ini berikatan dengan reseptor di sel otot jantung dan memicu peradangan parah. Selain itu, metabolit lain bernama trimetilamina N-oksida (TMAO), yang dihasilkan dari konsumsi daging merah, telur, dan ikan, juga berperan besar dalam memperparah penyakit jantung.
“Peran TMAO dalam memicu pembekuan darah, kerusakan pembuluh, dan fibrosis jantung sudah cukup kuat didukung oleh bukti ilmiah. Ini menjadikan mikrobioma sebagai target potensial dalam pengobatan gagal jantung,” tambah Dr. Constantinou, salah satu peneliti dalam studi tersebut.
Menariknya, ada juga bakteri baik seperti Bacteroides dan Bifidobacteria yang menghasilkan asam lemak rantai pendek (SCFA), seperti butirat, yang bisa menjaga kekuatan dinding usus dan menekan peradangan.
Sayangnya, pada pasien gagal jantung, populasi bakteri baik ini justru cenderung rendah.
Terapi yang menargetkan mikrobioma usus mulai dilirik sebagai pendekatan masa depan. Studi-studi awal menunjukkan bahwa diet tinggi serat seperti diet Mediterania dan DASH berpotensi mengurangi produksi TMAO dan memperbaiki komposisi mikrobioma.
Ada juga uji coba menggunakan probiotik, antibiotik, hingga transplantasi mikrobiota feses, meski hasilnya masih bervariasi dan butuh penelitian lebih lanjut.
“Temuan ini membuat kita harus melihat gagal jantung bukan hanya sebagai masalah jantung semata, tapi juga sebagai kondisi yang melibatkan sistem tubuh lainnya, termasuk saluran cerna,” kata Dr. Shoukry.
Keseimbangan mikrobioma kini dipandang sebagai kunci penting dalam pencegahan dan pengelolaan penyakit jantung. Meski terapi berbasis usus masih dalam tahap awal, pendekatan ini menawarkan harapan baru yang bersifat personal dan bisa menjadi bagian dari perawatan rutin penyakit jantung di masa depan.
0 Komentar
Cara Sederhana Menjaga Daya Ingat Tetap Tajam di Usia Tua
Waspada Kanker Hati! Ini Cara Mencegahnya Sejak Dini
Leave a comment