Sahabat.com - Sahabat, meskipun virus flu burung H5N1 sempat bikin heboh karena ditemukan pada sapi perah, penelitian terbaru dari St. Jude Children's Research Hospital menunjukkan bahwa virus ini masih lebih “betah” menginfeksi unggas daripada beradaptasi ke mamalia seperti manusia.
Jadi, meskipun tetap harus waspada, risiko wabah besar di manusia untuk saat ini masih terbilang rendah.
Sejak pertama kali virus H5N1 ditemukan pada sapi perah di tahun 2024, para ilmuwan khawatir virus ini akan bermutasi menjadi lebih mudah menyebar ke manusia. Namun hasil penelitian terbaru justru meyakinkan.
Menurut Dr. Richard Webby, ahli dari Departemen Interaksi Inang-Mikroba di St. Jude, virus yang ditemukan di ambing sapi ternyata masih sangat mirip dengan versi flu burung, dan belum menunjukkan tanda-tanda beradaptasi untuk menyerang manusia.
“Kami melihat virus ini belum berada di bawah tekanan evolusi untuk menjadi lebih menular ke manusia,” jelasnya.
Para peneliti membandingkan virus dari sapi dengan virus flu burung dan flu manusia. Hasilnya, secara genetika dan biologis, virus dari sapi lebih mirip flu burung. Bahkan ketika diuji pada model mamalia, virus ini tidak menular lewat udara.
Artinya, penyebaran antar manusia masih sangat tidak mungkin. Tapi tetap ada risiko tertular lewat kontak langsung, terutama bagi mereka yang bekerja langsung dengan sapi terinfeksi atau mengonsumsi susu mentah yang belum dipasteurisasi.
Tom Fabrizio, penulis utama studi ini, juga menguji apakah vaksin flu burung yang sedang diuji coba bisa melindungi dari virus flu sapi. Hasilnya cukup menggembirakan karena antibodi dari peserta uji klinis menunjukkan perlindungan silang terhadap virus ini.
Ia mengatakan, “Kami melihat ada respons kekebalan terhadap virus dari sapi, walau tidak spesifik, ini tetap memberi harapan.”
Kalau vaksin belum tersedia, obat antivirus jadi andalan. Dalam uji laboratorium, dua antivirus yang umum digunakan untuk flu ternyata masih efektif melawan virus H5N1 dari sapi. Fabrizio menambahkan bahwa belum ada tanda virus ini resisten terhadap obat tersebut. Meski begitu, model hewan yang terinfeksi tetap menunjukkan gejala penyakit yang nyata, dan sebagian manusia yang terinfeksi juga merasakan hal serupa.
Namun tetap ada catatan penting: virus ini bisa terus bermutasi. Dan setiap kasus infeksi manusia adalah kesempatan baru bagi virus untuk berevolusi.
“Saat ini, virus flu sapi ini lebih menjadi ancaman individual—terutama bagi mereka yang dekat dengan hewan terinfeksi—daripada ancaman global. Tapi kita tetap harus waspada,” tegas Webby.
Penelitian ini memberikan angin segar, namun juga mengingatkan pentingnya pengawasan ketat terhadap penyakit zoonosis seperti flu burung. Hindari konsumsi susu mentah dan batasi kontak langsung dengan hewan ternak yang sakit. Karena meski belum jadi pandemi, virus seperti ini bisa berubah kapan saja.
0 Komentar
Setiap Hari Kita Menghirup Puluhan Ribu Partikel Mikroplastik, Ini Dampaknya bagi Kesehatan
Alergi Kecoa Bisa Diatasi Tanpa Takut Dosis, Ini Kata Ahli
Rahasia Spirulina, Si Ganggang Ajaib yang Bisa Bantu Turunkan Tekanan Darah Secara Alami
Naik Skuter Listrik Ternyata 3 Kali Lebih Berisiko Masuk Rumah Sakit Dibanding Sepeda
Kebiasaan Tidur Ini Diam-Diam Bisa Mengacaukan Kesehatanmu
Perubahan Iklim Picu Risiko Diare Mematikan pada Anak-Anak
Remaja Asia dan Pasifik dengan Berat Berlebih Berisiko Dua Kali Lipat Alami Prediabetes
Leave a comment