Apa Itu “Brain Rot”? Kenali Dampaknya pada Anak

16 Desember 2024 21:08
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Orang tua memiliki peran penting dalam mencegah kondisi ini, salah satunya dengan membatasi waktu anak dalam menggunakan media sosial.

Sahabat.com - Di era digital seperti saat ini, berbagai istilah baru bermunculan, termasuk “brain rot” yang populer di kalangan anak muda. Apa sebenarnya arti istilah ini? Berikut ulasannya.

“Brain rot” merupakan istilah untuk menggambarkan obsesi berlebihan terhadap sesuatu. Istilah ini berasal dari bahasa Inggris, yaitu brain yang berarti otak, dan rot yang berarti membusuk.

Dalam konteks ini, “brain rot” mengacu pada kondisi di mana seseorang terlalu fokus pada suatu hal akibat konsumsi konten digital yang berlebihan, sehingga otaknya seolah-olah “membusuk” atau menjadi kurang optimal dalam berpikir.

Meski terdengar sederhana, istilah ini memiliki dampak yang signifikan, terutama bagi perkembangan anak.

Menurut psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., “brain rot” menggambarkan kondisi otak yang terjebak dalam aktivitas monoton, sehingga otak kehilangan tantangan untuk berkembang dan berpikir kritis.

“Akibatnya, otak tidak mendapatkan stimulasi untuk berpikir secara mendalam atau kreatif,” jelasnya.

Salah satu contohnya adalah kebiasaan scrolling media sosial selama berjam-jam, yang dapat mengganggu produktivitas. Aktivitas ini menurunkan kemampuan otak dalam beradaptasi dengan hal baru dan menghambat perkembangan kognitif secara keseluruhan.

“Dampaknya sangat besar, terutama pada anak-anak yang sedang dalam masa perkembangan otak untuk melatih kreativitas dan kemampuan berpikir kritis,” tambahnya.

Ketika seseorang terus-menerus menggulir konten di media sosial, mereka hanya terlibat dalam komunikasi satu arah sebagai penerima informasi. 

Kecepatan perubahan konten dari satu ke yang lainnya membuat otak tidak sempat memproses dan memahami secara mendalam.

“Anak-anak yang terus menggulir media sosial sering kali belum selesai memahami satu konten, tetapi sudah disuguhi konten lain,” ujarnya.

Akibatnya, otak tidak memiliki waktu untuk mengolah atau mengevaluasi informasi, sehingga terjadi penumpukan informasi yang tidak tersaring.

Orang tua memiliki peran penting dalam mencegah kondisi ini, salah satunya dengan membatasi waktu anak dalam menggunakan media sosial. Mengalihkan perhatian anak ke aktivitas yang lebih produktif dan mendukung tumbuh kembang mereka juga sangat diperlukan.

“Solusi terbaik untuk mencegahnya adalah menghentikan kebiasaan scrolling berlebihan. Anak-anak membutuhkan bantuan orang tua untuk membatasi penggunaan gadget,” tutupnya.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment