Sahabat.com - Saat memasuki masa perimenopause atau menopause, banyak perempuan mulai melirik terapi hormon sebagai cara mengurangi gejala yang mengganggu aktivitas harian. Salah satu pilihan yang makin populer adalah patch estrogen, yaitu plester yang menyalurkan hormon langsung lewat kulit. Meski praktis, tentu saja banyak yang penasaran tentang efek sampingnya.
Seperti dijelaskan dokter Julia Switzer, MD, “Sebagian besar efek samping bersifat ringan dan tubuh biasanya akan menyesuaikan dalam waktu singkat.”
Di minggu-minggu awal, patch estrogen bisa memicu reaksi ringan seperti kembung, mual, sakit kepala, hingga rasa nyeri atau sensitif pada payudara. Banyak pengguna juga melaporkan perubahan mood yang datang dan pergi. Pada area kulit tempat patch ditempel, kadang muncul kemerahan atau rasa gatal. Menurut ahli, reaksi ini sangat umum dan biasanya mereda sendiri.
Beberapa perempuan mungkin mengalami perubahan berat badan, pusing sesekali, atau bahkan rambut yang tampak menipis. Meski terdengar menakutkan, efek-efek ini termasuk jarang dan tidak berbahaya. Dokter menyarankan untuk segera berkonsultasi jika kondisi terasa mengganggu, karena solusi sederhana seperti penyesuaian dosis atau mengganti jenis patch sering kali cukup efektif.
Tentu ada pula risiko yang lebih serius, meski jarang, seperti pembekuan darah, stroke, atau gangguan jantung. Bagi mereka yang punya riwayat penyakit tertentu, dokter biasanya akan lebih berhati-hati. Seperti disampaikan salah satu penyedia layanan kesehatan dalam artikel asli, “Kuncinya adalah menggunakan dosis efektif terendah dalam waktu sesingkat mungkin dan selalu melakukan evaluasi rutin.”
Untuk membuat penggunaan patch lebih nyaman, perubahan gaya hidup sederhana bisa sangat membantu. Pola makan rendah garam, tidur cukup, olahraga ringan, hingga manajemen stres dapat meminimalkan keluhan. Menghindari makanan mentah dan menjaga kulit tetap bersih sebelum menempelkan patch juga ikut menentukan kenyamanan.
Pada akhirnya, patch estrogen bisa menjadi penyelamat bagi gejala menopause seperti hot flashes, gangguan tidur, dan perubahan mood. Namun, keputusan terbaik selalu datang dari komunikasi terbuka dengan dokter. Setiap tubuh bereaksi berbeda, jadi menemukan dosis yang pas adalah proses yang wajar.
0 Komentar
Tabur Sedikit Jinten Hitam Tiap Hari, Kolesterol Bisa Turun? Temuan Baru Ini Bikin Kaget
Obat Diabetes 60 Tahun Ini Ternyata Bekerja Lewat Otak, Efeknya Lebih Besar dari yang Kita Kira
David Cameron Ungkap Didagnosis Kanker Prostat: “Saya Sangat Takut Mendengar Kata-Kata Itu"
Leave a comment