Bedak Bayi Ternyata Picu Kanker

09 Juli 2024 10:47
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Menurut IARC, bubuk talk juga dapat menyebabkan kanker pada tikus, dan terdapat bukti mekanistik yang kuat bahwa talk menunjukkan tanda-tanda karsinogenisitas pada sel manusia. (iStock)

Sahabat.com - Badan Penelitian Kanker Internasional (IARC) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bedak tabur bersifat karsinogenik atau berpotensi menyebabkan kanker. Kesimpulan ini didasarkan pada bukti terbatas yang dianalisis pada manusia dan hewan.

Bedak bayi dibuat dari talk yang merupakan mineral alami yang ditambang di banyak belahan dunia.
 
Kebanyakan orang terpapar talk dalam bentuk bedak bayi dan kosmetik. Namun, menurut IARC yang berbasis di Lyon, paparan terhadap talk paling tinggi terjadi ketika talk ditambang, diproses, atau digunakan untuk membuat produk, menurut laporan Science Alert.

Para ahli menemukan bahwa bedak tabur bertanggung jawab atas peningkatan kanker ovarium pada wanita yang menggunakan bedak tabur di area genital atau organ reproduksi. Namun pemicunya masih belum dipahami dengan jelas.

Menurut IARC, bubuk talk juga dapat menyebabkan kanker pada tikus, dan terdapat bukti mekanistik yang kuat bahwa talk menunjukkan tanda-tanda karsinogenisitas pada sel manusia. (iStock)

Badan tersebut mengatakan ada banyak penelitian yang secara konsisten menunjukkan peningkatan kejadian kanker ovarium pada wanita yang menggunakan bedak talk pada alat kelaminnya.

"Namun, peran bedak talk belum sepenuhnya dipahami," kata penelitian Institut yang diterbitkan dalam Lancet Oncology.

Kevin McConway, ahli statistik di Universitas Terbuka Inggris yang tidak terlibat dalam penelitian ini, memperingatkan bahwa penafsiran penilaian IARC bahwa bedak tabur berbahaya bagi manusia bisa menyesatkan. 

Hal ini karena IARC hanya mencoba menjawab pertanyaan apakah zat tersebut bersifat karsinogenik dalam kondisi tertentu yang belum diperhitungkan oleh IARC.

Peringatan mengenai bedak talk muncul ketika raksasa farmasi dan kosmetik AS Johnson & Johnson setuju untuk membayar 700 juta dolar  untuk menyelesaikan tuduhan bahwa perusahaan tersebut menyesatkan pelanggan mengenai keamanan produk berbahan dasar talk. Hal ini diumumkan hanya beberapa minggu setelah perjanjian tersebut ditandatangani.

Kendati Johnson & Johnson sendiri tidak mengakui kesalahan dalam penyelesaian tersebut, perusahaan tersebut menarik produknya dari pasar Amerika Utara pada tahun 2020.

Penelitian terhadap 250.000 wanita di Amerika Serikat yang diterbitkan pada tahun 2020 tidak menemukan hubungan statistik antara penggunaan talk pada perangkat, jenis kelamin, dan risiko kanker ovarium.

Sementara itu, IARC mengklasifikasikan akrilonitril, senyawa yang digunakan dalam pembuatan polimer, pada tingkat peringatan tertinggi sebagai karsinogen bagi manusia.

Bukti yang cukup dari laporan tersebut menghubungkan akrilonitril dengan kanker paru-paru. Polimer yang terbuat dari akrilonitril digunakan dalam segala hal mulai dari serat pakaian hingga karpet, plastik, dan produk konsumen lainnya.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment