Cuaca Ekstrem Bikin Kita Doyan Lemak? Ini Fakta Mengejutkannya!

02 Mei 2025 11:08
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Cuaca ekstrem memengaruhi pola makan kita secara signifikan. Setiap kenaikan suhu 1°C di atas 25°C menyebabkan penurunan asupan karbohidrat dan protein, tapi konsumsi lemak tetap stabil. Sebaliknya, suhu dingin justru membuat semua jenis asupan meningkat, dengan lemak mengalami kenaikan paling besar.

Sahabat.com - Sahabat, pernah nggak kamu merasa tiba-tiba pengen makan makanan berlemak saat cuaca lagi panas banget atau dingin ekstrem? Ternyata, fenomena ini bukan cuma perasaan semata. 

Sebuah studi terbaru dari para peneliti Tiongkok mengungkap bahwa suhu ekstrem, baik panas menyengat maupun dingin menggigit, bisa memicu kita untuk memilih makanan tinggi lemak. Wah, ini bisa jadi alarm bahaya buat kesehatan jangka panjang, lho!

Penelitian yang dipublikasikan di platform medRxiv ini menganalisis hampir 29 ribu orang dari sembilan provinsi di Tiongkok antara tahun 1991 hingga 2011. Selama periode tersebut, mereka mencatat pola makan para peserta selama tiga hari dan menghubungkannya dengan data suhu setempat. 

Hasilnya? Cuaca ekstrem memengaruhi pola makan kita secara signifikan. Setiap kenaikan suhu 1°C di atas 25°C menyebabkan penurunan asupan karbohidrat dan protein, tapi konsumsi lemak tetap stabil. Sebaliknya, suhu dingin justru membuat semua jenis asupan meningkat, dengan lemak mengalami kenaikan paling besar.

“Ketika suhu turun drastis, orang cenderung makan lebih banyak makanan berlemak seperti susu, telur, kacang-kacangan, dan minyak,” ujar para peneliti.

Uniknya lagi, efek ini nggak sama untuk semua orang. Sahabat di daerah pedesaan atau dengan tingkat pendidikan lebih rendah ternyata lebih rentan terhadap perubahan pola makan ini. Anak-anak juga jadi kelompok yang paling terpengaruh saat cuaca dingin, yang bisa berimbas pada pertumbuhan jangka panjang mereka. Sementara itu, orang tua cenderung kurang sensitif, mungkin karena nafsu makan mereka yang memang lebih rendah.

Peneliti juga mengecek apakah alat-alat seperti kipas angin, AC, pemanas, dan kulkas bisa membantu. Hasilnya, AC terbukti cukup ampuh mengurangi konsumsi lemak saat cuaca panas, sementara pemanas efektif menekan lonjakan konsumsi saat cuaca dingin. Sayangnya, kulkas ternyata nggak terlalu berpengaruh, menunjukkan bahwa ini bukan soal ketersediaan makanan, tapi lebih ke reaksi tubuh terhadap suhu.

Melihat tren perubahan iklim yang makin parah, para peneliti memproyeksikan bahwa di tahun 2090, kemungkinan orang-orang mengonsumsi makanan tinggi lemak akan makin meningkat, terutama di wilayah selatan dan timur Tiongkok. Tapi tenang, sahabat—dengan penggunaan alat adaptasi seperti AC dan pemanas secara luas, dampaknya bisa ditekan hingga separuhnya. Namun, ini baru langkah awal. 

“Perubahan pola makan jangka pendek akibat suhu ekstrem harus jadi perhatian serius untuk strategi kesehatan masyarakat ke depan,” tegas para peneliti. 

Mereka juga menekankan pentingnya kebijakan publik dan edukasi gizi sebagai langkah pelengkap.

Jadi sahabat, kalau kamu tiba-tiba ngidam gorengan atau makanan berlemak saat cuaca nggak bersahabat, sekarang kamu tahu penyebabnya. Tapi tetap waspada ya, karena perubahan kecil ini bisa berdampak besar untuk kesehatanmu di masa depan. Cuaca memang di luar kendali kita, tapi pilihan makan tetap ada di tangan kita!

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment