Sahabat.com - Kalau sahabat sedang mencari informasi tentang tes biomarker untuk menentukan perlu tidaknya kemoterapi setelah operasi kanker payudara, sebaiknya jangan buru-buru percaya 100% pada hasil tes seperti MammaPrint atau Oncotype DX.
Menurut laporan terbaru dari Institute for Quality and Efficiency in Health Care (IQWiG) di Jerman, tes-tes ini ternyata bisa memberikan hasil yang menyesatkan, khususnya untuk perempuan di bawah usia 50 tahun atau yang masih pramenopause.
Tes biomarker memang dirancang untuk memprediksi apakah kanker akan kambuh setelah diangkat melalui operasi. Kalau risiko kambuhnya rendah, maka kemoterapi dianggap tidak perlu.
Tapi sayangnya, studi terbaru menunjukkan bahwa untuk perempuan muda, keputusan menolak kemoterapi berdasarkan hasil tes biomarker malah bisa membuat mereka melewatkan pengobatan penting yang sebenarnya bisa mencegah kekambuhan kanker.
Daniel Fleer, Wakil Kepala Departemen Intervensi Non-Obat IQWiG menjelaskan, “Risiko untuk salah mengambil keputusan dengan menolak kemoterapi berdasarkan hasil tes biomarker jauh lebih tinggi pada pasien kanker payudara pramenopause dibandingkan yang sudah menopause.”
Artinya, buat para perempuan muda, hasil tes ini belum bisa dijadikan satu-satunya patokan.
Penelitian yang mereka rujuk mencakup uji coba klinis acak (RCT) dari tiga studi besar: MINDACT, RxPONDER, dan TAILORx. Hasilnya cukup tegas: pada pasien pascamenopause (di atas 50 tahun), tes biomarker seperti Oncotype DX bisa dijadikan panduan yang cukup kuat.
Tapi untuk pasien yang masih pramenopause? Sayangnya, belum ada data yang cukup untuk mendukung penggunaan tes tersebut sebagai dasar keputusan besar seperti menerima atau menolak kemoterapi.
Yang menarik, saat ini ada empat jenis tes biomarker yang ditanggung asuransi kesehatan di Jerman: MammaPrint, Oncotype DX, EndoPredict, dan Prosigna. Namun, hanya dua yang punya data cukup kuat dari penelitian besar. Jadi buat sahabat yang mungkin sedang mempertimbangkan tes-tes ini, penting banget buat ngobrol lebih dalam dengan dokter dan tidak hanya bergantung pada hasil tes semata.
IQWiG sendiri diminta untuk melakukan kajian ini oleh Komite Bersama Federal Jerman (G-BA) sejak Mei 2023 dan mereka terus memperbarui laporannya hingga akhir 2024. Terjemahan bahasa Inggris dari laporan akhirnya pun baru dirilis pada Juli 2025.
Pesannya sederhana tapi penting: jangan sampai sahabat melewatkan kesempatan penyembuhan hanya karena terlalu percaya pada angka. Keputusan soal kemoterapi bukan hal sepele, dan setiap orang pantas mendapatkan informasi yang benar-benar akurat.
0 Komentar
Jangan Salah Langkah! Tes Biomarker Ini Bisa Menyesatkan Keputusan Pengobatan Kanker Payudara
Kabar Baik! Penderita Demensia Kini Bisa Hidup Lebih Lama, Ini Alasannya yang Bikin Kaget
Mengapa Makin Banyak Anak Muda Kena Kanker Usus? Fakta Mengejutkan Ini Bikin Merinding!
Fakta Mengejutkan: Ibu Hamil di Inggris Kekurangan Nutrisi Penting, Ini Dampaknya untuk Bayi!
Obat Baru Ini Bisa Blokir Kanker Tanpa Efek Samping Berat
Leave a comment