Hati-Hati! Endometriosis Bisa Bikin Menopause Datang Lebih Cepat dari Perkiraan

02 Mei 2025 11:54
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Penyakit ini terjadi saat jaringan mirip lapisan rahim tumbuh di luar rahim dan bisa memicu berbagai komplikasi, termasuk gangguan kesuburan.

Sahabat.com - Tahukah kamu kalau endometriosis bukan hanya menyebabkan nyeri hebat saat menstruasi? Ternyata, kondisi ini juga bisa mempercepat datangnya menopause, baik secara alami maupun akibat operasi. 

Fakta ini diungkap oleh para peneliti dari University of Queensland melalui sebuah studi internasional besar yang melibatkan hampir 280 ribu perempuan dari Australia, Inggris, Swedia, dan Jepang. 

Mereka menemukan bahwa perempuan dengan endometriosis memiliki risiko tujuh kali lebih tinggi mengalami menopause akibat pengangkatan kedua ovarium secara bedah, serta risiko lebih besar mengalami menopause dini sebelum usia 40 tahun, atau menopause awal antara usia 40 hingga 44 tahun.

Dr. Hsin-Fang Chung dari School of Public Health di UQ menjelaskan bahwa sebelumnya memang sudah diketahui bahwa endometriosis dan pengobatannya bisa memengaruhi kualitas dan jumlah sel telur. Namun, pengaruhnya terhadap waktu terjadinya menopause masih jarang diteliti. 

"Kami menemukan bahwa menopause akibat operasi terjadi rata-rata 19 bulan lebih awal pada perempuan dengan endometriosis, sementara menopause alami terjadi lima bulan lebih awal. Selain itu, perempuan dengan endometriosis dua kali lebih berisiko mengalami menopause bedah sebelum usia 40 tahun, dan 1,4 kali lebih berisiko menopause alami sebelum usia 40," ungkap Dr. Chung.

Sahabat, ini bukan hanya soal datangnya menopause lebih awal. Menurut Profesor Gita Mishra yang juga terlibat dalam studi ini, menopause dini atau karena operasi berkaitan erat dengan risiko penyakit jantung dan kematian dini. 

“Mencegah atau mengelola menopause dini atau yang disebabkan secara medis butuh pemahaman menyeluruh tentang penyebab dasarnya, serta langkah-langkah aktif untuk mengurangi risiko kesehatan jangka panjang yang menyertainya,” jelas Profesor Mishra.

Endometriosis sendiri merupakan penyakit peradangan kronis yang melemahkan dan cukup umum—diperkirakan memengaruhi 1 dari 7 perempuan di Australia. Penyakit ini terjadi saat jaringan mirip lapisan rahim tumbuh di luar rahim dan bisa memicu berbagai komplikasi, termasuk gangguan kesuburan. 

Karena itu, Dr. Chung berharap temuan ini bisa membantu memperbarui pedoman pengelolaan endometriosis di masa depan. 

"Perempuan dengan endometriosis sebaiknya menyadari bahwa mereka berisiko lebih tinggi mengalami menopause dini atau akibat operasi. Mereka perlu rutin memeriksakan diri ke dokter umum untuk memantau faktor risiko penyakit kronis, dan fokus pada strategi pencegahan," imbaunya.

Studi ini merupakan bagian dari kolaborasi internasional InterLACE yang fokus pada kesehatan reproduksi dan penyakit kronis perempuan sepanjang hidupnya. 

Dr. Chung sendiri akan melanjutkan penelitiannya untuk mengeksplorasi dampak endometriosis terhadap risiko penyakit kronis jangka panjang. Temuan penting ini akan dipresentasikan dalam Kongres Dunia ke-16 tentang Endometriosis di Sydney akhir bulan ini.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment