Sahabat.com - Tinggi badan seseorang terjadi malalui proses usia. Tinggi badan yang normal, pertumbuhannya sesuai usia secara normal. Misalnya dari masa kanak-kanak, tinggi badan disesuaikan dengan usianya hingga dewasa.
Namun tidak bagi seorang murid Sekolah Dasar di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi bernama Sagil. Bocah kelas 6 SD yang berusia 12 tahun itu memiliki tinggi badan yang tidak biasa untuk anak seumurannya.
Sagil, warga Desa Belui, Kecamatan Depati Tujuh, Kabupaten Kerinci punya tinggi badan yang tak biasa yaitu setinggi 2 meter.
Dengan tinggi badan tersebut, bisa dipastikan Sagil memiliki risiko dengan kondisi kesehatan tertentu.
Sebuah penelitian telah menunjukkan korelasi antara seberapa tinggi seseorang dan kemungkinan mereka mengalami sejumlah kondisi kesehatan.
Apakah hubungan ini didasarkan pada dasar biologis atau karena faktor lain masih belum diketahui dalam penelitian tersebut.
Menurut sebuah studi baru, tinggi badan Anda bisa menjadi indikator kuat tentang risiko Anda terhadap sejumlah risiko kesehatan yang serius.
Seberapa tinggi atau pendek Anda sebagai orang dewasa sebagian besar disebabkan oleh gen yang diwarisi dari orang tua Anda. Namun, ada sejumlah faktor lain yang dapat memengaruhi tinggi badan Anda.
Dari faktor lingkungan, gizi, status sosial ekonomi dan demografi; sejumlah faktor dapat menentukan tinggi badan Anda.
Untuk alasan ini seringkali sulit bagi para ilmuwan untuk menentukan hubungan antara tubuh tinggi dan risiko penyakit, sampai sekarang.
Dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Genetics, tinggi badan sebagai faktor yang dikaitkan dengan berbagai kondisi umum diselidiki lebih lanjut.
Para peneliti melihat kemungkinan hubungan antara tinggi badan dan berbagai penyakit. Tim menggunakan data dari VA Million Veteran Program lebih dari 250.000 pria dewasa.
Hasilnya mengonfirmasi temuan sebelumnya bahwa tubuh tinggi terkait dengan risiko yang lebih tinggi dari sejumlah kondisi kesehatan.
Menurut penelitian, kondisi kesehatan ini termasuk varises dan fibrilasi arteri, tetapi orang yang bertubuh tinggi juga memiliki risiko penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi yang lebih rendah.
Penelitian ini juga menemukan hubungan baru antara tinggi badan dan risiko neuropati perifer yang lebih tinggi, yang disebabkan oleh kerusakan saraf pada ekstremitas, serta infeksi kulit dan tulang, seperti ulkus tungkai dan kaki.
Studi tersebut juga menunjukkan tinggi badan meningkatkan risiko asma dan gangguan saraf non-spesifik pada wanita tetapi tidak pada pria.
Ini lebih lanjut memperkuat klaim bahwa tinggi badan mungkin merupakan faktor risiko yang tidak diketahui tetapi penting secara biologis dan tidak dapat diubah untuk beberapa kondisi umum, terutama yang mempengaruhi ekstremitas. Demikian menurut para peneliti.
Ini mungkin juga berguna untuk mempertimbangkan tinggi badan seseorang saat menilai risiko dan pengawasan penyakit, kata mereka.
Untungnya, ada sejumlah faktor risiko yang dapat kita kendalikan yang dapat sangat mengurangi risiko hasil kesehatan yang serius.
Ini termasuk mengadopsi cara makan yang lebih sehat, mengurangi minum alkohol, dan berhenti merokok.
0 Komentar
Pentingnya Pilih Produk Perawatan Anak yang Alami
BPOM Ungkap Alasan Roti Aoka Bisa Tahan Berbulan-bulan
Makanan yang Tidak Boleh Dimakan Bersamaan dengan Buah Pepaya
Manfaat Minum Air Hangat Sebelum Tidur
Manfaat Labu Siam Rebus untuk Kesehatan
Tips Mencegah Kesedihan pada Anak Usai Liburan
Terlalu Banyak Makan Buah akan Membuat Gemuk
Makanan yang Dilarang di Ajang Olimpiade Paris 2024
Manfaat Minum Kopi Dicampur dengan Kayu Manis
Leave a comment