Bukan Cuma Obat! Terapi Online Ini Bisa Bikin Rasa Sakit Kronis Makin Ringan Lewat Cara yang Nggak Disangka

07 Mei 2025 17:07
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Penelitian ini juga jadi jawaban buat tantangan akses kesehatan. Banyak orang yang kesulitan datang langsung ke rumah sakit karena masalah mobilitas, kecemasan sosial, atau kelelahan fisik. Dengan terapi online, semua jadi mungkin.

Sahabat.com - Siapa sangka kalau cara kita mengelola emosi ternyata bisa bikin sakit kronis jadi lebih ringan? 

Penelitian terbaru dari University of New South Wales (UNSW) dan Neuroscience Research Australia (NeuRA) membuktikan bahwa otak kita bisa dilatih untuk memproses emosi dengan lebih baik, dan hasilnya—rasa sakit bisa berkurang drastis.

Dua peneliti keren, Prof. Sylvia Gustin dan Dr. Nell Norman-Nott, menciptakan sebuah terapi online bernama Pain and Emotion Therapy. 

Terapi ini nggak cuma fokus ke fisik, tapi langsung menyasar bagian otak yang ngatur emosi. Mereka bilang, “Dengan mengubah cara kita mengelola emosi, kita bisa mengubah pengalaman rasa sakit itu sendiri.” 

Terapi ini beda dari yang lain karena dilakukan secara online lewat delapan sesi video call bareng terapis, plus aplikasi dan buku panduan yang bisa dipakai sendiri. Intinya, semua orang bisa akses dari mana aja, termasuk yang tinggal di daerah pelosok.

Selama uji coba dari Maret 2023 sampai September 2024, sebanyak 89 orang yang mengalami nyeri kronis ikut serta. Hasilnya? Mereka yang menjalani terapi ini mengaku lebih bisa mengatur emosi, dan intensitas rasa sakitnya turun sampai 10 poin dalam skala 100, bahkan sampai enam bulan setelah terapi selesai. 

“Ini bukan cuma perubahan di atas kertas, tapi benar-benar bikin hidup mereka terasa lebih baik,” kata Prof. Gustin.

Salah satu peserta, Jabez Allies, sudah sepuluh tahun hidup dengan sakit punggung kronis. Ia cerita, “Sakit ini bikin saya gampang cemas, moody, dan gampang frustrasi. Emosi negatif bikin sakit tambah parah, dan sakit yang parah bikin emosi makin berantakan. Muter-muter aja kayak gitu.” 

Hal ini ternyata umum banget dialami penderita sakit kronis. Makanya terapi ini fokus ngajarin peserta buat mengidentifikasi dan mengelola emosi negatif sambil menghidupkan kembali emosi positif.

Richard Beaumont, peserta lain yang punya nyeri karena kanker dan sakit punggung selama 11 tahun, bilang, “Dulu rasa sakit saya bisa sampai delapan atau sembilan dari sepuluh. Sekarang, setelah ikut terapi ini, bisa saya turunin jadi empat atau lima cuma dengan menenangkan pikiran.”

Menurut Dr. Norman-Nott, selama 50–60 tahun terakhir, dunia medis sudah mulai beralih dari pendekatan murni medis ke cara yang lebih menyeluruh. 

“Kita sekarang tahu bahwa sosial dan psikologis juga penting dalam pengobatan nyeri kronis,” ujarnya. 

Obat masih dibutuhkan, tapi terbatas oleh efek samping dan risiko ketergantungan, terutama pada opioid. Nah, terapi psikologis seperti ini punya keunggulan karena minim efek samping, dan ternyata bisa menutup celah yang selama ini belum terjawab—mengatur emosi.

Penelitian ini juga jadi jawaban buat tantangan akses kesehatan. Banyak orang yang kesulitan datang langsung ke rumah sakit karena masalah mobilitas, kecemasan sosial, atau kelelahan fisik. Dengan terapi online, semua jadi mungkin. 

“Mereka bisa ikut terapi dari rumah atau tempat yang nyaman, kapan pun sesuai waktu mereka,” jelas Dr. Norman-Nott.

Ke depan, tim peneliti mau mengadakan uji coba yang lebih besar lagi. Tapi satu hal udah jelas: terapi ini memberi harapan baru buat jutaan orang yang hidup dengan nyeri kronis. 

“Kita sekarang tahu bahwa kalau mau mengatasi sakit, kita nggak cuma harus menyembuhkan tubuh, tapi juga menyentuh emosinya,” tutup Prof. Gustin.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment