Demam Kelinci: Penyakit Langka yang Kasusnya Melonjak di AS

03 Januari 2025 18:34
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Menurut laporan Medical Daily, demam kelinci adalah penyakit zoonosis langka namun serius yang dapat membahayakan kesehatan manusia.

Sahabat.com - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) melaporkan bahwa dalam satu dekade terakhir, kasus penyakit Tularemia atau demam kelinci meningkat hingga 56 persen.

Menurut laporan Medical Daily, demam kelinci adalah penyakit zoonosis langka namun serius yang dapat membahayakan kesehatan manusia. 

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Francisella tularensis, yang dapat ditularkan melalui beberapa cara, seperti gigitan serangga, kontak langsung dengan hewan terinfeksi, menghirup aerosol yang tercemar, atau mengonsumsi air yang terkontaminasi. Namun, penyakit ini tidak menular antar manusia.

Gejala dan Dampak Penyakit

Tularemia dapat memengaruhi berbagai bagian tubuh, termasuk kelenjar getah bening, kulit, mata, tenggorokan, paru-paru, dan saluran pencernaan. Gejala yang muncul bergantung pada jalur masuk bakteri ke dalam tubuh. Beberapa tanda umum meliputi:

Demam tinggi

Pembengkakan kelenjar getah bening

Tukak kulit

Sakit tenggorokan

Infeksi mata

Pada kasus yang berat, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius seperti peradangan otak, infeksi jantung, dan pneumonia. Meskipun belum tersedia vaksin untuk mencegah tularemia, infeksi ini dapat diobati dengan antibiotik. 

Namun, jika tidak ditangani, tularemia dapat berakibat fatal pada lebih dari dua persen kasus, tergantung jenis bakteri penyebabnya.

Statistik dan Populasi Rentan

CDC mencatat bahwa antara tahun 2011 hingga 2022, sebanyak 47 negara bagian melaporkan 2.462 kasus tularemia, dengan insiden 0,064 per 100.000 penduduk. Insiden ini meningkat 56 persen dibandingkan periode 2001–2010.

Kelompok yang paling rentan terhadap tularemia mencakup anak-anak berusia 5–9 tahun, pria lanjut usia, serta penduduk Indian Amerika dan Penduduk Asli Alaska. Populasi terakhir memiliki risiko lima kali lebih tinggi dibandingkan orang kulit putih.

Empat negara bagian melaporkan setengah dari total kasus tularemia, yaitu Arkansas (18 persen), Kansas (11 persen), Missouri (11 persen), dan Oklahoma (10 persen). Secara keseluruhan, orang kulit putih mencakup mayoritas kasus (84 persen), diikuti oleh Indian Amerika/Penduduk Asli Alaska (9 persen), Hispanik/Latino (5 persen), Afrika-Amerika (2 persen), dan Asia atau Penduduk Kepulauan Pasifik (1 persen).

Upaya Pencegahan

CDC menyoroti pentingnya meningkatkan kesadaran di kalangan penyedia layanan kesehatan, terutama mereka yang bekerja dengan masyarakat adat, untuk memastikan diagnosis dan pengobatan tularemia yang cepat dan tepat. Peningkatan kasus ini kemungkinan dipengaruhi oleh jumlah infeksi yang lebih banyak atau kemampuan sistem kesehatan yang semakin baik dalam mendeteksi dan mendiagnosis penyakit ini.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment