Sahabat.com - Kimchi, makanan fermentasi tradisional Korea, terbukti efektif dalam mengurangi lemak tubuh dan meningkatkan kesehatan pencernaan, menjadikannya pilihan diet yang menjanjikan untuk mengatasi obesitas global, menurut berbagai penelitian dan uji klinis.
Obesitas telah menjadi epidemi global, dengan sekitar 16% dari populasi dunia, atau sekitar 890 juta orang, menderita kondisi ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengakui obesitas sebagai masalah kesehatan yang signifikan, dengan dampak buruk terhadap kualitas hidup dan kesehatan secara keseluruhan.
Sebagai respons, World Institute of Kimchi di Korea Selatan menerbitkan serangkaian artikel di jurnal internasional mengenai efek anti-obesitas kimchi. Artikel-artikel ini, yang didasarkan pada penelitian mengenai kimchi, menunjukkan bahwa konsumsi kimchi secara teratur dapat secara efektif mengurangi lemak tubuh dan dapat menjadi strategi diet yang menjanjikan untuk melawan obesitas.
Penelitian terbaru mengenai efek kimchi terhadap obesitas menghasilkan bukti yang kuat mendukung keefektifannya. Dalam eksperimen preklinis di model hewan obesitas, ditemukan penurunan lemak tubuh sebesar 31,8% pada hewan yang diberi diet kimchi.
Selain itu, analisis ekstensif data dari Korea Genome and Epidemiology Study (KoGES), sebuah studi berbasis populasi selama 13 tahun, menemukan bahwa konsumsi kimchi yang tepat terkait dengan penurunan indeks massa tubuh (IMT) sebesar 15% dan penurunan insiden obesitas sebesar 12% pada pria paruh baya. Studi ini dipublikasikan di Food & Function dan BMJ Open, sebuah jurnal medis Inggris.
Studi lebih lanjut dilakukan oleh Dr. Sung-Wook Hong dari Kimchi Functionality Research Group di World Institute of Kimchi, bekerja sama dengan Pusan National University Hospital, Korea Selatan, untuk menyelidiki efek anti-obesitas kimchi dan dampaknya terhadap mikrobiota usus. Studi ini melibatkan 55 orang dewasa kelebihan berat badan, pria dan wanita, dengan BMI antara 23 hingga 30 kg/m2, yang mengonsumsi 3 kapsul kimchi per makan (60g kimchi per hari) selama 3 bulan. Kapsul kimchi berisi bubuk kimchi yang diproduksi dengan pengeringan beku dari kimchi kubis yang difermentasi selama 2 minggu pada suhu 4°C.
Hasilnya, kelompok yang mengonsumsi kimchi menunjukkan penurunan lemak tubuh sebesar 2,6%, sementara kelompok kontrol yang tidak mengonsumsi kapsul kimchi mengalami peningkatan lemak tubuh sebesar 4,7%, menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik.
Lebih lanjut, analisis mikrobiota usus peserta menunjukkan bahwa konsumsi kimchi meningkatkan jumlah bakteri baik Akkermansia muciniphila dan mengurangi jumlah bakteri Proteobacteria, yang terkait dengan obesitas. Akkermansia muciniphila diketahui dapat mengurangi peradangan dan memperbaiki penanda sindrom metabolik serta obesitas melalui produksi asam lemak rantai pendek (SCFA).
Keberhasilan uji klinis ini menunjukkan bahwa konsumsi kimchi secara teratur efektif dalam mengurangi gejala obesitas dengan memodulasi mikrobiota usus.
Dr. Hae-Choon Chang, Direktur World Institute of Kimchi, menyatakan, “Hasil dari studi preklinis dan uji klinis telah secara sistematis memverifikasi efek anti-obesitas kimchi, dan memberikan bukti ilmiah yang akan membantu memperkenalkan sifat luar biasa kimchi ke seluruh dunia, sekaligus meletakkan dasar bagi perkembangan kimchi sebagai makanan kesehatan yang diakui secara global.”
Ia juga menambahkan, “Kami akan terus mencurahkan waktu, upaya, dan sumber daya kami untuk penelitian ilmiah guna memperkuat sifat fungsional kimchi dalam meningkatkan kesehatan pencernaan, serta efeknya yang memperkuat kekebalan tubuh dan anti-kanker, sehingga memantapkan peran kimchi sebagai makanan kesehatan global.”
Sementara itu, di Korea, negara asal kimchi, 22 November secara resmi ditetapkan sebagai hari peringatan nasional kimchi dan dinamakan Hari Kimchi pada tahun 2020. Kimchi menjadi makanan Korea pertama yang diakui dengan cara ini karena sifat kesehatan uniknya. Sejak saat itu, Festival Kimchi telah dirayakan di Hari Kimchi di AS, Inggris, Argentina, dan Brasil pada 22 November.
0 Komentar
Konsumsi Daging Merah Bisa Meningkatkan Risiko Diabetes Tipe 2, Banyak yang Belum Tahu
Amankah Sodium Dehidroasetat Sebagai Bahan Pengawet Makanan?
Peneliti: Pemanis Buatan Terkait dengan Pola Makan yang Kurang Sehat
Peringkat Virus Bawaan Makanan Berdasarkan Frekuensi dan Keparahan Berdasarkan WHO dan FAO
Enam Manfaat Kesehatan Mengunyah Daun Jambu Biji Setiap Hari
Beralih dari Susu Sapi ke Susu Nabati Dapat Mengurangi Nutrisi Penting
Ilmuwan Temukan Cara Memasak Brokoli yang Lebih Sehat, Namun Ada Syaratnya
Diet Portofolio: Pola Makan yang Efektif Menurunkan Risiko Penyakit Jantung dan Stroke
Diet Kaya Omega-3 Dapat Membantu Memperlambat Pertumbuhan Kanker Prostat
Leave a comment