Ibu Hamil Harus Diprioritaskan dalam Program Vaksinasi Pandemi

20 Desember 2024 18:00
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Ibu hamil cenderung memiliki angka kematian dan penyakit kritis yang tinggi selama pandemi influenza, SARS-CoV-2, dan epidemi Ebola.

Sahabat.com - Sebagian besar wanita yang tertular flu burung selama kehamilan, serta bayi yang dikandungnya, diperkirakan akan meninggal akibat infeksi tersebut, menurut sebuah studi terbaru. Temuan ini semakin menekankan pentingnya melibatkan ibu hamil dalam program vaksinasi kesehatan masyarakat sejak dini, terutama selama pandemi.

Penelitian yang dipimpin oleh Murdoch Children's Research Institute (MCRI) ini mengungkapkan bahwa dengan meningkatnya kasus virus influenza burung A (H5N1 dan H5N2) pada manusia, kesadaran mengenai kerentanan ibu hamil terhadap pandemi baru menjadi sangat penting. Tinjauan sistematis terhadap lebih dari 1.500 makalah penelitian, yang mengkaji 30 kasus flu burung pada wanita hamil di empat negara, mengungkapkan hasil yang mengkhawatirkan.

Dalam studi yang diterbitkan di Emerging Infectious Diseases, ditemukan bahwa 90 persen wanita hamil yang terinfeksi flu burung meninggal dunia, dan hampir semua bayi mereka juga tidak selamat. Dari sedikit bayi yang selamat, 80 persen lahir prematur. Temuan ini menggarisbawahi perlunya upaya lebih untuk melibatkan ibu hamil dalam perencanaan pandemi.

Dr. Rachael Purcell dari MCRI menekankan pentingnya melibatkan ibu hamil secepat mungkin dalam perencanaan pandemi. “Keterlibatan ibu hamil dalam perencanaan pandemi harus menjadi prioritas utama,” ujar Dr. Purcell. Meningkatnya jumlah kasus flu burung pada manusia yang terkait dengan wabah pada burung dan mamalia menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan pandemi lain dalam waktu dekat.

Meskipun termasuk dalam kelompok berisiko tinggi, ibu hamil sering kali dikecualikan dari uji coba vaksin, tidak mendapatkan akses prioritas terhadap terapi, dan sering kali terlambat dalam program vaksinasi kesehatan masyarakat. Peneliti menilai bahwa perubahan paradigma diperlukan untuk memastikan ibu hamil rutin dilibatkan dalam program kesiapsiagaan pandemi untuk menghindari kematian yang seharusnya bisa dicegah.

Upaya ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan kapasitas sistem pengawasan yang ada, seperti Jaringan Data Vaksin Global atau Tautan Data Keamanan Vaksin. Selain itu, perlu adanya perencanaan uji coba vaksin yang mempertimbangkan kebutuhan khusus selama kehamilan serta peningkatan sistem deteksi reaksi merugikan untuk mengidentifikasi risiko pada wanita hamil.

Profesor Jim Buttery dari MCRI menambahkan bahwa ibu hamil cenderung memiliki angka kematian dan penyakit kritis yang tinggi selama pandemi influenza, SARS-CoV-2, dan epidemi Ebola. Ia menekankan pentingnya upaya global untuk mengenali dan mengurangi risiko ini sejak dini, sebelum pandemi terjadi.

“Untuk menghindari kematian yang dapat dicegah, kesiapan menghadapi pandemi harus melibatkan populasi rentan sejak tahap awal, termasuk pengembangan, pemantauan, dan uji coba vaksin yang melibatkan ibu hamil,” tegas Profesor Buttery.

Tim peneliti MCRI juga menyambut baik investasi Pemerintah Federal sebesar 95 juta dolar AS untuk membantu persiapan menghadapi flu burung H5N1. Australia menjadi satu-satunya benua yang saat ini terbebas dari jenis flu burung paling mematikan tersebut.

Penelitian ini juga melibatkan kontributor dari Universitas Melbourne, Rumah Sakit Anak Kerajaan, Monash Health, dan Universitas Monash, yang turut memberikan kontribusi pada temuan ini.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment