Jamur Ajaib Terbukti Redakan Nyeri Kronis dan Depresi, Efeknya Bisa Tahan Lama!

06 Oktober 2025 13:25
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Peneliti menemukan bahwa senyawa alami dari “magic mushrooms” atau jamur psikedelik, yaitu psilocybin, ternyata mampu meredakan nyeri kronis dan depresi dengan cara menenangkan aktivitas otak yang menghubungkan rasa sakit fisik dan tekanan emosional.

Sahabat.com - Sahabat, dunia medis kembali dibuat kagum oleh temuan terbaru dari University of Pennsylvania School of Medicine. 

Peneliti menemukan bahwa senyawa alami dari “magic mushrooms” atau jamur psikedelik, yaitu psilocybin, ternyata mampu meredakan nyeri kronis dan depresi dengan cara menenangkan aktivitas otak yang menghubungkan rasa sakit fisik dan tekanan emosional. 

Menariknya, efeknya bisa bertahan bahkan setelah pengaruh obatnya hilang.
Penelitian yang dipublikasikan di Nature Neuroscience ini menunjukkan bahwa psilocybin bekerja dengan menstabilkan kerja serotonin—zat kimia di otak yang berperan besar dalam mengatur suasana hati dan persepsi nyeri. 

Dengan cara ini, psilocybin membuka peluang besar untuk menjadi alternatif yang lebih aman dan tidak membuat ketagihan dibandingkan obat penghilang nyeri seperti opioid.

Menurut Dr. Joseph Cichon, MD, PhD, asisten profesor Anestesiologi dan Perawatan Intensif di Penn Medicine sekaligus penulis utama penelitian ini, hubungan antara nyeri kronis dan depresi sering kali saling memperparah. 

“Sebagai dokter anestesi, saya sering merawat pasien yang menderita keduanya. Mereka tidak selalu tahu mana yang datang lebih dulu, tapi keduanya jelas saling memperburuk. Penemuan ini memberi harapan baru karena psilocybin bisa membantu memutus siklus tersebut tanpa risiko kecanduan,” ujarnya.

Dalam penelitian pada tikus dengan cedera saraf kronis dan nyeri inflamasi, satu dosis psilocybin terbukti mampu mengurangi rasa sakit sekaligus gejala seperti depresi hingga hampir dua minggu. 

Dr. Cichon menjelaskan bahwa cara kerja psilocybin berbeda dari obat lain. 

“Kalau obat lain biasanya menyalakan atau mematikan sinyal serotonin secara penuh, psilocybin bekerja lebih halus—seperti memutar kenop cahaya ke tingkat yang pas,” katanya.

Para ilmuwan juga menemukan bahwa efek positif psilocybin muncul saat senyawa aktifnya, psilocin, bekerja di bagian otak yang disebut anterior cingulate cortex—wilayah yang mengatur emosi dan persepsi nyeri. 

Ini artinya, psilocybin tidak perlu mengobati langsung di lokasi luka atau saraf yang rusak, melainkan menenangkan sirkuit otak yang menghubungkan rasa sakit dan emosi negatif.

“Psilocybin bisa memberi kelegaan ganda, baik secara fisik maupun emosional, tanpa menyentuh area cedera langsung,” tambah Dr. Cichon. 

Ia percaya temuan ini bisa membuka jalan untuk terapi baru bagi berbagai kondisi mental lain, seperti kecanduan atau gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Namun, para peneliti masih menekankan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan. 

“Kami belum tahu seberapa lama efek psilocybin ini bisa bertahan, atau apakah beberapa dosis diperlukan untuk memperbaiki jalur otak secara permanen,” jelas Stephen Wisser, mahasiswa doktoral Neurosains di laboratorium Dr. Cichon.

Terapi berbasis psilocybin kini menjadi salah satu bidang penelitian paling menjanjikan dalam dunia kesehatan mental dan manajemen nyeri. Dengan hasil yang begitu positif, bukan tidak mungkin “jamur ajaib” ini suatu hari nanti menjadi kunci untuk mengobati dua masalah besar yang sering menghantui banyak orang: nyeri kronis dan depresi.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment