Sahabat.com - Sahabat, kabar terbaru dari dunia medis sungguh mengejutkan. Jumlah kasus kanker dan angka kematian akibat penyakit ini diperkirakan melonjak drastis hingga tahun 2050.
Menurut analisis besar yang dipublikasikan di The Lancet, lebih dari 30,5 juta orang akan menerima diagnosis kanker baru, sementara 18,6 juta orang diperkirakan meninggal dunia. Lebih dari separuh kasus baru dan dua pertiga kematian diprediksi terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Meskipun angka kasus dan kematian diproyeksikan meningkat, studi ini menjelaskan bahwa penyebab utamanya adalah pertumbuhan penduduk serta bertambahnya jumlah lansia di dunia. Hal ini memberi sinyal bahwa kanker masih menjadi beban kesehatan global yang sangat besar.
Target ambisius PBB untuk menurunkan angka kematian dini akibat penyakit tidak menular, termasuk kanker, hingga sepertiganya pada tahun 2030 masih jauh dari kenyataan.
“Kanker tetap menjadi penyumbang besar beban penyakit secara global, dan studi kami menyoroti bagaimana kondisi ini akan terus meningkat dalam beberapa dekade mendatang, terutama di negara dengan sumber daya terbatas,” ujar Dr. Lisa Force dari Institute for Health Metrics and Evaluation, University of Washington.
Ia menegaskan bahwa kebijakan pengendalian kanker masih kurang mendapat prioritas dan pendanaan masih belum cukup untuk menghadapi tantangan ini.
Studi ini menunjukkan perbedaan mencolok antarnegara. Pada tahun 2023 saja, tercatat 10,4 juta kematian akibat kanker dan 18,5 juta kasus baru di seluruh dunia. Kasus kanker payudara menjadi yang paling banyak didiagnosis, sedangkan kanker paru-paru menempati posisi teratas penyebab kematian.
Di negara maju, angka kematian standar usia menurun hingga 24% sejak 1990, namun di negara berpenghasilan rendah justru meningkat tajam.
Salah satu temuan yang paling penting adalah 42% dari seluruh kematian akibat kanker pada tahun 2023 dipengaruhi oleh faktor risiko yang sebenarnya bisa dimodifikasi.
Faktor perilaku seperti merokok, pola makan tidak sehat, konsumsi alkohol berlebihan, obesitas, gula darah tinggi, hingga polusi udara menjadi penyumbang terbesar.
“Dengan empat dari sepuluh kematian kanker terkait faktor risiko yang sudah jelas, ada peluang besar bagi negara untuk melakukan pencegahan dan menyelamatkan jutaan nyawa,” kata Dr. Theo Vos dari IHME.
Pakar lain, Dr. Meghnath Dhimal dari Nepal Health Research Council, juga mengingatkan, “Kenaikan kasus kanker di negara berpenghasilan rendah dan menengah adalah bencana yang segera datang. Kita butuh pendekatan lintas sektor untuk pencegahan, penelitian, dan kolaborasi internasional.”
Studi ini juga menyoroti bahwa data kanker di banyak negara masih terbatas. Kurangnya registri kanker berkualitas membuat estimasi angka beban kanker bisa saja lebih rendah dari kenyataan. Selain itu, dampak pandemi COVID-19 maupun konflik global belum sepenuhnya masuk dalam hitungan.
Namun satu hal yang jelas, ancaman kanker di masa depan akan semakin besar jika tidak ada tindakan nyata. Para peneliti menegaskan, dunia membutuhkan aksi kolektif—mulai dari kebijakan yang berbasis data, peningkatan akses diagnosis dini, pemerataan layanan kesehatan, hingga pendanaan riset kanker yang berkelanjutan.
0 Komentar
Empat Kebiasaan di Dapur yang Diam-Diam Bisa Bikin Kamu Sakit
Waspada! Penyakit Gusi Ternyata Bisa Diam-Diam Merusak Otak
Kim Kardashian Ungkap Punya Aneurisma Otak, Dokter Jelaskan Hubungannya dengan Stres!
Waspada! Virus Umum Seperti Flu dan COVID-19 Bisa Naikkan Risiko Serangan Jantung dan Stroke
Buah Gurun yang Hampir Tak Dikenal Ini Diduga Bisa Jadi Kunci Alami Menyembuhkan Diabetes
Penelitian Baru: Antibiotik 24 Jam Setelah Melahirkan Bisa Cegah Luka Jahitan Lebih Parah!
Jangan Pernah Kencing di Luka Sengatan Ubur-Ubur! Ini Cara yang Benar Menurut Dokter
Leave a comment