Sahabat.com - Lonjakan kasus batuk rejan atau whooping cough kembali menghantui Amerika Serikat, seiring menurunnya angka vaksinasi dalam beberapa tahun terakhir. Penyakit yang sebenarnya bisa dicegah ini kini kembali menyerang, terutama anak-anak dan bayi yang sistem kekebalan tubuhnya masih sangat rentan. Salah satu kisah yang menyentuh datang dari Texas, saat Feleena Owens baru berusia dua minggu dan harus berjuang untuk bernapas.
Feleena mengalami batuk hebat hingga kulitnya berubah kebiruan dan napasnya terhenti beberapa detik.
“Saya rasa napasnya sempat berhenti sekitar 10 atau 11 detik,” ujar sang ibu, Sophie Owens, 24 tahun.
Kondisinya memburuk dengan cepat hingga Feleena harus diterbangkan ke Dallas dan dirawat intensif. Ayahnya, Justin Owens, mengatakan dokter memperingatkan bahwa jika terlambat dibawa ke rumah sakit, peluang hidup Feleena sangat kecil. Bayi itu didiagnosis batuk rejan dan menghabiskan beberapa minggu di ruang NICU dengan bantuan ventilator.
Kisah Feleena bukan kasus tunggal. Hingga awal Desember 2025, CDC mencatat 26.632 kasus batuk rejan di AS, angka tertinggi dalam lebih dari satu dekade. Padahal, vaksin DTaP yang melindungi dari difteri, tetanus, dan pertusis telah lama direkomendasikan untuk anak-anak sebelum masuk sekolah. Namun investigasi menunjukkan angka vaksinasi DTaP terus menurun di banyak wilayah, termasuk Texas.
Lebih dari 70 persen wilayah di puluhan negara bagian berada di bawah ambang aman 95 persen untuk perlindungan komunitas. Dampaknya terasa nyata, dengan lonjakan kasus besar di Texas dan Oregon. Otoritas kesehatan Oregon bahkan melaporkan kematian bayi akibat batuk rejan tahun ini.
“Walau kematian bayi akibat pertusis jarang terjadi, ini menegaskan pentingnya melindungi bayi,” tulis juru bicara Otoritas Kesehatan Oregon.
Dokter anak Texas, Dr. Raphael Mattamal, menegaskan bahwa kematian akibat batuk rejan sepenuhnya bisa dicegah.
“Kita tidak seharusnya berurusan dengan ini. Penyakit ini benar-benar bisa dicegah,” ujarnya.
Sophie Owens pun berharap kisah anaknya menjadi pengingat bagi banyak orang.
“Sampai itu terjadi pada anak Anda sendiri dan Anda melihatnya tidak bisa bernapas, Anda tidak akan benar-benar paham betapa seriusnya penyakit ini,” katanya.
0 Komentar
Brokoli vs Kembang Kol: Mana yang Lebih Sehat dan Bikin Langsing? Jawabannya Bikin Kaget
Leave a comment