Sahabat.com -Ratusan pengungsi akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), mulai mengalami berbagai masalah kesehatan. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Flores Timur, Hironimus Lamawuran, mengungkapkan bahwa hingga Rabu (6/11/2024), tercatat sebanyak 232 kasus penyakit di kalangan pengungsi.
Penyakit yang paling banyak ditemukan adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dengan jumlah kasus mencapai 72. Selain itu, ada 32 kasus hipertensi, 15 kasus sakit kepala (cephalgia), serta beberapa jenis penyakit lainnya. "Jumlah total kasus yang tercatat hingga saat ini mencapai 232," jelas Hironimus dalam keterangan tertulisnya, Kamis (7/11/2024).
Menurut Hironimus, pengungsi yang sakit akan mendapat perawatan langsung dari tenaga kesehatan yang ada di posko pengungsian. Jika kondisi mereka memburuk, maka akan segera dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Ia juga menambahkan, pemerintah telah menyiapkan posko kesehatan di tiga lokasi pengungsian. Setiap hari, tenaga medis yang dibantu oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Flores Timur selalu siap membantu di lokasi bencana.
"Tenaga kesehatan ini berasal dari Puskesmas Boru, Puskesmas Lewolaga, Puskesmas Lato, dan Puskesmas Demon Pagong," kata Hironimus.
Pada Rabu (6/11/2024) pukul 20.00 Wita, tercatat ada sekitar 5.816 pengungsi. Sebelumnya, Gunung Lewotobi Laki-laki meletus dengan dahsyat pada Minggu malam (3/11/2024). Letusan tersebut merusak sejumlah fasilitas umum dan rumah warga, serta menyebabkan kebakaran. Sebanyak sembilan orang dilaporkan meninggal dunia, sementara puluhan lainnya mengalami luka-luka.
Apa Itu Penyakit ISPA?
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai infeksi yang menyerang saluran pernapasan, mulai dari hidung, tenggorokan, bronkus (saluran pernapasan besar), hingga paru-paru. Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit yang bersifat akut, yang berarti gejalanya muncul dengan cepat dan seringkali berlangsung dalam waktu yang relatif singkat, biasanya kurang dari dua minggu.
Penyebab ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut dapat disebabkan oleh berbagai patogen, baik bakteri, virus, maupun jamur. Beberapa penyebab utama ISPA meliputi:
1. Virus: Virus adalah penyebab paling umum dari ISPA, seperti virus flu (influenza), virus pilek (rhinovirus), serta virus lainnya seperti parainfluenza, respiratory syncytial virus (RSV), dan adenovirus.
2. Bakteri: Beberapa bakteri seperti Streptococcus pneumoniae (pneumokokus), Haemophilus influenzae, dan Mycoplasma pneumoniae juga dapat menyebabkan ISPA, sering kali berlanjut menjadi pneumonia jika tidak ditangani.
3. Jamur: Infeksi jamur jarang terjadi pada ISPA, tetapi bisa lebih umum terjadi pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Gejala ISPA
Gejala ISPA bervariasi tergantung pada bagian saluran pernapasan yang terinfeksi, tetapi beberapa gejala umum yang sering ditemukan antara lain:
- Batuk (baik kering atau berdahak)
- Pilek atau hidung tersumbat
- Sakit tenggorokan
- Demam (biasanya ringan hingga sedang)
- Sesak napas atau napas yang cepat dan pendek (pada kasus yang lebih parah)
- Sakit kepala
- Kelelahan atau rasa lemas
- Nyeri tubuh
Pada kasus yang lebih parah, ISPA dapat berkembang menjadi pneumonia atau bronkitis, yang mempengaruhi fungsi paru-paru dan dapat menyebabkan kesulitan bernapas.
Faktor Risiko ISPA
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena ISPA antara lain:
- Usia ekstrem: Anak-anak dan lansia lebih rentan terhadap infeksi pernapasan.
- Sistem kekebalan tubuh lemah: Orang yang memiliki kondisi medis tertentu, seperti diabetes, penyakit jantung, atau HIV/AIDS, lebih rentan.
- Kondisi lingkungan: Polusi udara, asap rokok, atau paparan bahan kimia di lingkungan sekitar bisa meningkatkan risiko infeksi.
- Paparan dengan orang yang sakit: ISPA sering menyebar melalui droplet (percikan) dari batuk atau bersin penderita yang terinfeksi.
Penanganan ISPA
Sebagian besar kasus ISPA disebabkan oleh virus dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari hingga dua minggu, dengan perawatan di rumah seperti:
- Istirahat yang cukup
- Minum banyak cairan
- Obat penurun demam seperti parasetamol untuk meredakan demam dan nyeri tubuh.
- Obat dekongestan atau semprotan hidung untuk membantu mengurangi hidung tersumbat.
- Cairan inhalasi atau humidifier untuk membantu melonggarkan dahak dan meringankan gejala batuk.
Namun, jika infeksi disebabkan oleh bakteri, seperti pada pneumonia atau infeksi tenggorokan bakteri (misalnya streptococcus), pengobatan dengan antibiotik mungkin diperlukan.
Pencegahan ISPA
Beberapa langkah pencegahan untuk mengurangi risiko terkena ISPA antara lain:
- Vaksinasi: Vaksin flu tahunan dan vaksin pneumonia dapat membantu mencegah infeksi tertentu.
- Menjaga kebersihan: Rajin mencuci tangan, terutama setelah bersin atau batuk, dapat mengurangi penularan.
- Menghindari merokok: Asap rokok dapat merusak saluran pernapasan dan membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi.
- Menghindari kerumunan: Mengurangi paparan pada orang yang sedang sakit, terutama saat musim flu.
ISPA pada Pengungsi
Pada situasi darurat seperti di lokasi pengungsian, ISPA bisa menjadi lebih umum, terutama di kalangan anak-anak dan orang tua, karena lingkungan yang padat, kurangnya sanitasi, dan terbatasnya akses ke perawatan medis. Faktor-faktor ini meningkatkan kemungkinan penyebaran virus dan bakteri penyebab infeksi pernapasan.
Untuk itu, penting untuk memastikan adanya fasilitas kesehatan yang memadai dan upaya pencegahan, seperti distribusi masker, sanitasi yang baik, serta edukasi tentang cara mencegah penyebaran infeksi di tempat-tempat pengungsian.
0 Komentar
Anak Kehilangan Orang Tua Lebih Rentan Dibully? Ini Fakta Mengejutkan dari Studi Terbaru!
Rahasia Otak Awet Muda Terungkap! Gaya Hidup Ini Bisa Cegah Pikun dan Alzheimer Sejak Dini
Cuma Gerak Sedikit di Usia 40-50an Bisa Bikin Otak Lebih Tajam & Hindari Alzheimer, Kok Bisa?
Benarkah Ciuman Bisa Menularkan Gluten? Ini Jawaban Ilmiahnya
Leave a comment