Sahabat.com - Siapa sangka, kebiasaan sederhana seperti lari ternyata bisa “memperbaiki” otak yang rusak akibat terlalu sering makan junk food.
Temuan menarik ini datang dari tim peneliti di University College Cork, dipimpin oleh Profesor Yvonne Nolan, yang membuktikan bahwa olahraga bisa melawan efek negatif makanan cepat saji terhadap suasana hati dan fungsi otak.
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Brain Medicine pada Oktober 2025, para ilmuwan menemukan bahwa lari secara rutin dapat mengurangi gejala mirip depresi yang disebabkan oleh pola makan tinggi lemak dan gula. Rahasianya? Semua terjadi lewat perubahan di usus dan keseimbangan hormon tubuh.
Profesor Nolan menjelaskan, “Kami menemukan bahwa olahraga membantu memulihkan keseimbangan metabolit di usus serta hormon seperti insulin dan leptin yang biasanya kacau karena pola makan tidak sehat.”
Penelitian ini dilakukan pada tikus jantan dewasa yang diberi dua jenis pola makan: makanan standar dan “diet kafetaria” — istilah untuk makanan bergaya Barat yang penuh lemak serta gula. Sebagian tikus diberi akses untuk berlari di roda, sementara sisanya tidak. Hasilnya cukup mengejutkan: meski pola makannya buruk, tikus yang berlari menunjukkan suasana hati yang lebih stabil dan tingkat stres yang lebih rendah.
Bukan cuma itu, lari juga membantu mengembalikan tiga zat penting dalam usus — anserine, indole-3-carboxylate, dan deoxyinosine — yang punya peran besar dalam mengatur mood dan kesehatan mental. Jadi, meski kamu masih sulit lepas dari burger dan es krim, setidaknya tubuhmu masih punya “senjata alami” lewat olahraga.
Menurut Dr. Minke Nota, penulis utama penelitian ini, olahraga juga memengaruhi hormon penting seperti insulin dan leptin.
“Tikus yang tidak berolahraga mengalami lonjakan hormon yang ekstrem, tapi efek ini berkurang drastis pada mereka yang rutin berlari,” katanya.
Menariknya lagi, penelitian ini menemukan bahwa kombinasi antara diet buruk dan kurang olahraga bisa membuat otak kesulitan membentuk neuron baru — sel-sel penting untuk memori dan emosi. Namun, tikus yang berlari menunjukkan peningkatan besar dalam pembentukan neuron di bagian otak yang disebut hipokampus, area yang berperan dalam pengaturan suasana hati.
Meski begitu, para peneliti menegaskan bahwa makanan tetap punya peran penting. Lari memang bisa membantu menjaga keseimbangan hormon dan memperbaiki mood, tapi untuk manfaat maksimal bagi otak, pola makan sehat tetap dibutuhkan.
Profesor Julio Licinio, yang menulis editorial pendamping penelitian ini, mengatakan, “Olahraga memiliki efek antidepresan bahkan dalam konteks diet yang buruk — kabar baik bagi mereka yang kesulitan mengubah pola makannya.”
Penelitian ini menjadi bukti bahwa tubuh dan otak saling terhubung erat lewat usus. Ketika kita berlari, tidak hanya otot yang bekerja, tetapi juga sistem metabolisme dan mikroba di dalam usus ikut menyesuaikan diri. Hasilnya, suasana hati menjadi lebih stabil, hormon seimbang, dan otak terasa lebih “segar”.
Jadi, kalau kamu sedang stres atau sulit berhenti ngemil makanan cepat saji, mungkin saatnya kembali mengenakan sepatu lari. Karena ternyata, olahraga ini bukan cuma tentang kalori yang terbakar — tapi juga tentang bagaimana kamu menjaga keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan hati.
0 Komentar
Waspada! Minum Teh Hijau Bareng Suplemen Ini Bisa Bikin Efeknya Hilang atau Malah Berbahaya
90% Orang Dewasa Tak Sadar Mengidap Sindrom Mematikan Ini, Apakah Kamu Salah Satunya?
Mengejutkan! Virus Flu Burung Ditemukan di Keju Susu Mentah
Leave a comment