Sahabat.com - Makanan yang mengandung protein, termasuk yang diperkaya atau diberi klaim tinggi protein, mungkin tidak se-sehat yang sering diasumsikan. Hal ini terungkap dalam sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Miguel Hernández, Spanyol, yang dipublikasikan dalam jurnal Nutrients.
Penelitian ini mengevaluasi kualitas gizi makanan dengan klaim protein dan menemukan bahwa makanan tersebut sering kali mengandung bahan-bahan yang tidak sehat, meskipun dipandang sebagai pilihan gizi yang baik.
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis lebih dari 4.300 makanan olahan di pasar Spanyol. Hasilnya, sekitar 13% dari produk makanan tersebut mengklaim mengandung protein. Makanan dengan klaim protein terutama ditemukan pada produk pengganti daging nabati (68,2%) dan makanan ringan (35,3%). Namun, klaim protein tidak ditemukan pada beberapa kategori seperti biskuit dan minuman buah.
Para peneliti menemukan bahwa sebagian besar makanan dengan klaim protein (60,4%) difortifikasi dengan tambahan protein, umumnya dari sumber nabati seperti gluten dan kedelai. Makanan dengan klaim protein ini, terutama yang difortifikasi, cenderung mengandung protein yang jauh lebih tinggi dibandingkan produk tanpa klaim. Sebagai contoh, pengganti susu dengan klaim protein memiliki kandungan protein empat kali lebih tinggi daripada produk tanpa klaim yang sama.
Namun, yang mengkhawatirkan adalah perbedaan komposisi nutrisi yang signifikan antara makanan dengan dan tanpa klaim protein. Makanan dengan klaim protein cenderung mengandung lebih banyak lemak jenuh, gula, dan natrium. Sebagai contoh, makanan ringan dengan klaim protein mengandung lebih banyak lemak jenuh hingga 48% dibandingkan yang tanpa klaim protein, meskipun mengandung lebih sedikit gula dan karbohidrat.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa sekitar 90% dari makanan dengan klaim protein tergolong "kurang sehat" menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Kesehatan Pan-Amerika. Sebagian besar makanan ini mengandung kandungan lemak dan natrium yang tinggi, yang merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Selain itu, sekitar 25% dari produk ini mengandung gula bebas dan lemak jenuh yang tinggi.
Meskipun banyak konsumen menganggap makanan dengan klaim protein sebagai pilihan yang lebih sehat, penelitian ini menunjukkan bahwa produk-produk tersebut sering kali memiliki kualitas gizi yang lebih buruk. Para peneliti menyarankan agar konsumen lebih berhati-hati dalam membaca label gizi dan bahan makanan pada produk dengan klaim protein. Mereka juga menekankan pentingnya memahami bahwa tidak semua makanan yang mengandung protein menawarkan manfaat kesehatan yang sama, dan konsumsi berlebihan dapat berisiko bagi kesehatan jangka panjang, termasuk obesitas dan penyakit jantung.
Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya kesadaran konsumen terhadap kualitas gizi makanan yang diklaim mengandung protein. Makanan-makanan ini, meskipun populer dan dianggap sehat, sering kali mengandung kandungan gizi yang kurang seimbang. Oleh karena itu, konsumen disarankan untuk memeriksa dengan teliti label nutrisi dan bahan dalam produk makanan, terutama yang mengklaim mengandung protein.
0 Komentar
Amankah Sodium Dehidroasetat Sebagai Bahan Pengawet Makanan?
Peringkat Virus Bawaan Makanan Berdasarkan Frekuensi dan Keparahan Berdasarkan WHO dan FAO
Enam Manfaat Kesehatan Mengunyah Daun Jambu Biji Setiap Hari
Leave a comment