Makanan Olahan Picu Penumpukan Lemak di Otot Paha, Tingkatkan Risiko Osteoartritis Lutut

05 Desember 2024 11:30
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Studi ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana konsumsi makanan olahan ultra-processed memengaruhi komposisi otot, yang dapat memiliki implikasi klinis signifikan.

Sahabat.com - Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa diet tinggi makanan olahan ultra-processed dapat meningkatkan penumpukan lemak di otot paha, yang berpotensi meningkatkan risiko osteoartritis lutut.

Meskipun faktor-faktor seperti asupan kalori dan aktivitas fisik memainkan peran, konsumsi makanan olahan industri tetap menjadi prediktor signifikan bagi penumpukan lemak intramuskular. Hal ini menyoroti pentingnya penyesuaian pola makan untuk mengelola atau mencegah osteoartritis lutut.

Dampak Makanan Olahan Ultra-Processed pada Lemak Otot

Sebuah studi yang dipresentasikan pada 4 Desember 2024 di pertemuan tahunan Radiological Society of North America (RSNA) menunjukkan bahwa diet kaya makanan olahan ultra-processed berhubungan dengan penumpukan lemak lebih banyak di otot paha, terlepas dari asupan kalori atau tingkat aktivitas fisik. Penumpukan lemak intramuskular ini juga dapat meningkatkan risiko perkembangan osteoartritis lutut.

Diet modern cenderung mengurangi bahan alami dan minimal olahan, yang sering digantikan oleh bahan yang diproses secara industri, dengan tambahan rasa buatan, pewarna, atau bahan kimia.

Makanan seperti sereal sarapan, margarin, makanan ringan kemasan, hot dog, minuman manis dan energi, permen, makanan beku, pizza siap saji, roti kemasan massal, dan lainnya mengandung bahan sintetis dan merupakan makanan yang sangat diproses.

Daya Tarik Makanan Olahan Ultra-Processed

Makanan olahan ultra-processed umumnya memiliki umur simpan yang lebih lama dan sangat menggoda karena praktis serta mengandung kombinasi gula, lemak, garam, dan karbohidrat yang mempengaruhi sistem penghargaan di otak, membuatnya sulit untuk berhenti makan.

Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara konsumsi makanan olahan ultra-processed dan penumpukan lemak intramuskular di otot paha. "Keunikan studi ini adalah untuk pertama kalinya menginvestigasi dampak kualitas diet, khususnya peran makanan olahan ultra-processed terhadap lemak intramuskular di otot paha yang diukur dengan MRI," ujar penulis Zehra Akkaya, M.D., peneliti dan mantan Fulbright Scholar di Departemen Radiologi dan Pencitraan Biomedis, University of California, San Francisco.

Tujuan dan Metodologi Studi

Peneliti menganalisis data dari 666 individu yang berpartisipasi dalam Osteoarthritis Initiative, sebuah studi penelitian nasional yang didanai oleh National Institutes of Health. Mereka yang terlibat belum menunjukkan tanda-tanda osteoartritis, berdasarkan pencitraan. Inisiatif ini bertujuan untuk membantu peneliti lebih memahami cara mencegah dan mengobati osteoartritis lutut.

"Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa penurunan fungsional pada otot paha mungkin terkait dengan timbulnya dan perkembangan osteoartritis lutut," kata Dr. Akkaya. "Pada gambar MRI, penurunan ini terlihat sebagai degenerasi lemak pada otot, di mana serat otot digantikan oleh lemak."

Temuan dan Implikasi Rinci

Dari 666 peserta (455 pria, 211 wanita) dengan rata-rata usia 60 tahun dan indeks massa tubuh (BMI) 27, sekitar 40% makanan yang mereka konsumsi dalam setahun terakhir merupakan makanan olahan ultra-processed.

Peneliti menemukan bahwa semakin banyak makanan olahan ultra-processed yang dikonsumsi, semakin banyak lemak intramuskular yang terakumulasi di otot paha mereka, tanpa memandang asupan kalori.

"Pada populasi dewasa yang berisiko tetapi belum menderita osteoartritis lutut atau pinggul, konsumsi makanan olahan ultra-processed terkait dengan peningkatan lemak dalam otot paha," kata Dr. Akkaya. "Temuan ini berlaku meskipun faktor-faktor seperti konten energi diet, BMI, faktor sosiodemografi, atau tingkat aktivitas fisik."

Faktor Gaya Hidup yang Dapat Diubah

Mengelola faktor gaya hidup yang dapat diubah, terutama dengan mencegah obesitas melalui diet sehat dan olahraga yang cukup, merupakan cara utama dalam penanganan awal osteoartritis lutut, kata Dr. Akkaya.

"Osteoartritis adalah masalah kesehatan global yang semakin prevalen dan mahal. Ini merupakan penyebab utama biaya perawatan kesehatan non-kanker di AS dan dunia," ujar Dr. Akkaya. "Karena kondisi ini sangat terkait dengan obesitas dan pilihan gaya hidup yang tidak sehat, ada peluang untuk modifikasi gaya hidup dan pengelolaan penyakit."

Studi ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana konsumsi makanan olahan ultra-processed memengaruhi komposisi otot, yang dapat memiliki implikasi klinis signifikan.

"Memahami hubungan ini bisa memiliki dampak besar dalam bidang klinis, karena memberikan perspektif baru tentang bagaimana kualitas diet memengaruhi kesehatan muskuloskeletal," kata Dr. Akkaya.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment