Mengejutkan! Makan Manis Ternyata Nggak Bikin Ketagihan Gula, Kata Ilmuwan

04 Agustus 2025 14:16
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Sebuah studi baru yang dilakukan oleh tim peneliti dari Wageningen University di Belanda mengungkapkan bahwa mengonsumsi lebih banyak atau lebih sedikit makanan manis tidak berpengaruh pada seberapa besar kita menyukai rasa manis.

Sahabat.com - Sahabat, selama ini banyak dari kita yang percaya bahwa makin sering makan makanan manis, makin besar pula keinginan untuk terus mencarinya. Tapi ternyata, sains terbaru justru membantah anggapan populer itu.

Sebuah studi baru yang dilakukan oleh tim peneliti dari Wageningen University di Belanda mengungkapkan bahwa mengonsumsi lebih banyak atau lebih sedikit makanan manis tidak berpengaruh pada seberapa besar kita menyukai rasa manis. 

Dalam uji coba terkontrol yang berlangsung selama enam bulan, para partisipan tetap menunjukkan preferensi rasa manis yang sama, terlepas dari seberapa banyak gula yang mereka konsumsi setiap harinya.

“Kami juga menemukan bahwa diet dengan tingkat kemanisan yang rendah atau tinggi tidak terkait dengan perubahan asupan energi maupun berat badan,” kata Kees de Graaf, PhD, profesor emeritus bidang ilmu sensorik dan perilaku makan. 

Ia menegaskan bahwa anggapan bahwa makanan manis otomatis menyebabkan kelebihan kalori sebetulnya tidak terbukti secara ilmiah.
Penelitian ini menjadi pembuka jalan dalam menjawab pertanyaan penting yang selama ini belum terjawab: apakah preferensi kita terhadap rasa manis bisa berubah karena kebiasaan makan? 

Ternyata jawabannya: tidak.
Studi ini dilakukan secara ketat dengan mengelompokkan sekitar 180 partisipan ke dalam tiga grup—yang satu mengonsumsi makanan manis dalam jumlah tinggi, satu lagi rendah, dan yang ketiga campuran. Mereka menerima paket makanan dan minuman setiap dua minggu selama enam bulan, dengan menu harian yang sudah disiapkan. 
Tapi menariknya, mereka bebas makan sebanyak atau sesedikit mungkin dari paket yang diberikan.

Para peneliti juga mengukur preferensi rasa manis peserta sebelum, selama, dan setelah diet, bahkan satu dan empat bulan setelah program berakhir. Hasilnya tetap sama: tidak ada perubahan berarti dalam persepsi rasa manis, asupan energi, atau pilihan makanan. Bahkan setelah diet selesai, para peserta secara alami kembali ke pola makan awal mereka.

Bukan cuma itu, de Graaf juga menekankan bahwa penelitian ini sangat realistis karena menggunakan makanan sehari-hari yang biasa dikonsumsi masyarakat. Dalam hal ini, ilmuwan sengaja mengelompokkan makanan berdasarkan tingkat kemanisannya, mulai dari cokelat susu, selai, hingga air berkarbonasi dan popcorn asin.

“Sangat penting bagi kami untuk memastikan bahwa komposisi gizi seperti karbohidrat, lemak, dan protein tetap seimbang di tiap grup, agar hasilnya bisa dipertanggungjawabkan,” tambah Eva Čad, kandidat doktoral yang juga terlibat dalam studi ini dan akan mempresentasikan hasilnya dalam konferensi tahunan American Society for Nutrition 2025 di Orlando.

Hasil studi ini bisa mengubah cara pandang kita soal diet. Banyak orang sengaja menghindari makanan manis karena khawatir akan kecanduan atau berat badan naik. Tapi nyatanya, menghindari rasa manis tidak akan mengubah seberapa besar kita menyukainya, dan konsumsi makanan manis pun tidak otomatis bikin berat badan melonjak.

Para peneliti berharap bisa melanjutkan penelitian ini pada anak-anak di masa mendatang. Alasannya? Anak-anak masih dalam fase membentuk selera dan kebiasaan makan, jadi bisa jadi hasilnya berbeda.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment