Metode Baru untuk Deteksi Peradangan Bisa Revolusi Diagnosis Penyakit

12 Februari 2025 14:48
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Para peneliti dari Case Western Reserve University telah mengembangkan metode untuk mendeteksi peradangan menggunakan antibodi, yang berpotensi menghasilkan tes darah untuk biomarker penyakit spesifik, seperti penyakit jantung, Alzheimer, dan berbagai jenis kanker.

Sahabat.com - Hampir setiap penyakit memiliki komponen peradangan, namun tes darah saat ini tidak dapat menentukan peradangan pada organ atau jaringan tertentu dalam tubuh manusia. 

Sekarang, para peneliti dari Case Western Reserve University telah mengembangkan metode untuk mendeteksi peradangan menggunakan antibodi, yang berpotensi menghasilkan tes darah untuk biomarker penyakit spesifik, seperti penyakit jantung, Alzheimer, dan berbagai jenis kanker. 

Terobosan mereka juga memberikan harapan untuk penemuan obat-obatan baru.
Penelitian yang dipimpin oleh Greg Tochtrop, profesor kimia di Case Western Reserve, ini dipublikasikan hari ini dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS). 

Tochtrop mengungkapkan, "Penelitian ini membuka banyak jalur untuk studi di masa depan, yang akan langsung mengarah pada pemahaman lebih baik tentang peradangan dan deteksi penyakit, serta penemuan obat baru."

Tochtrop menemukan bahwa senyawa tertentu yang terbentuk dari interaksi dengan reactive oxygen species (ROS)—senyawa oksigen yang sangat reaktif yang dapat merusak DNA, protein, dan lipid—bereaksi dengan cara yang unik, memungkinkan deteksi menggunakan antibodi. 

Selama peradangan, sel-sel imun menghasilkan ROS untuk membunuh bakteri dan patogen lainnya. ROS juga dapat dihasilkan akibat paparan faktor lingkungan seperti sinar ultraviolet, polusi, radiasi, dan merokok. ROS berlebihan dapat merusak sel dan jaringan tubuh.

Tochtrop dan timnya menyelidiki bagaimana ROS bereaksi dengan asam linoleat, asam lemak yang ditemukan pada semua membran sel, membentuk senyawa yang dapat mengikat RNA, DNA, dan protein, yang disebut epoksiketooktadekanoat (EKODE). 

Tochtrop menemukan bahwa EKODE bereaksi dengan asam nukleat sistein dengan cara yang belum pernah dijelaskan sebelumnya, membentuk ikatan stabil. 

Senyawa ini kemudian terakumulasi di jaringan tubuh yang mengalami stres oksidatif, seperti otak, jantung, hati, dan organ lainnya. Tochtrop mengembangkan antibodi terhadap senyawa-senyawa ini dari model tikus dan berhasil mendeteksi penumpukan berbagai jenis EKODE pada berbagai jaringan, baik pada tikus maupun manusia.

Langkah berikutnya, menurut Tochtrop, adalah mengidentifikasi berbagai target EKODE di berbagai organ dan jaringan untuk menghubungkan biomarker dengan penyakit tertentu. Ia tertarik khususnya pada EKODE yang diproduksi di mata sebagai respons terhadap degenerasi makula terkait usia atau retinopati diabetik yang memengaruhi penglihatan.

Tochtrop menjelaskan mengapa biomarker ini belum ditemukan sebelumnya: "Kami harus mengembangkan banyak alat di laboratorium untuk mencarikannya terlebih dahulu."

Penelitian ini juga berpotensi mendukung penemuan obat baru, karena pengembang obat saat ini sedang mencari sistein reaktif. 

"Mengidentifikasi sistein reaktif adalah hal yang sangat penting dalam penemuan obat saat ini," kata Tochtrop. 

"Ini bisa membantu menemukan banyak sistein reaktif yang dapat menjadi target dalam penemuan obat, yang merupakan hasil penting dari penelitian kami."

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment