Sahabat.com - Aktivitas fisik memiliki banyak manfaat kesehatan, dan para peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana aktivitas fisik mempengaruhi subpopulasi tertentu. Sebuah studi menunjukkan bahwa individu yang mempertahankan atau memulai aktivitas fisik setelah menerima diagnosis demensia mungkin mengalami penurunan risiko kematian akibat semua penyebab.
Orang dengan demensia dapat bekerja sama dengan dokter, terapis fisik, dan pengasuh untuk menerapkan rutinitas aktivitas fisik yang bermanfaat. Aktivitas fisik tidak hanya membantu dalam pengelolaan berat badan, tetapi juga mengurangi risiko penyakit jantung dan dapat membantu menurunkan risiko pengembangan demensia.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam British Journal of Sports Medicine mengevaluasi hubungan antara tingkat aktivitas fisik dan kematian pada orang dengan demensia. Peneliti menemukan bahwa mempertahankan aktivitas fisik sebelum dan setelah diagnosis berhubungan dengan risiko kematian terendah. Semua tingkat aktivitas fisik yang berkelanjutan terkait dengan penurunan risiko kematian.
Lebih lanjut, penelitian ini menunjukkan bahwa memulai aktivitas fisik setelah diagnosis demensia dapat mengurangi risiko kematian sebesar 20% atau lebih, yang menandakan pentingnya olahraga bagi individu dengan demensia.
Hubungan Antara Aktivitas Fisik, Demensia, dan Kematian
Penulis studi mencatat bahwa penyakit Alzheimer merupakan salah satu sepuluh penyebab utama kematian dan jumlah orang dengan demensia terus meningkat. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana aktivitas fisik sebelum dan setelah diagnosis demensia mempengaruhi risiko kematian, dengan mempertimbangkan tingkat dan jumlah aktivitas fisik.
Studi ini merupakan penelitian kohort berbasis populasi yang dilakukan secara nasional. Para peneliti menggunakan Database Sistem Asuransi Kesehatan Nasional Korea untuk mengumpulkan informasi, melibatkan lebih dari 60.000 individu berusia 40 tahun atau lebih yang telah menerima diagnosis demensia antara 2010 dan 2016. Semua peserta menjalani pemeriksaan kesehatan dalam dua tahun sebelum dan sesudah diagnosis demensia mereka.
Para peneliti mengidentifikasi individu dengan demensia berdasarkan penggunaan obat anti-demensia dan skor tertentu yang menilai demensia. Aktivitas fisik dinilai menggunakan data dari International Physical Activity Questionnaire.
Setelah diagnosis demensia, tingkat aktivitas fisik peserta dibagi menjadi kategori aktivitas fisik berat, sedang, dan ringan. Aktivitas fisik rutin didefinisikan sebagai terlibat dalam aktivitas fisik berat selama dua puluh menit atau lebih setidaknya tiga kali seminggu, atau aktivitas fisik sedang selama tiga puluh menit atau lebih setidaknya lima kali seminggu.
Peneliti mencatat bagaimana tingkat aktivitas peserta berubah sebelum dan setelah diagnosis demensia. Rata-rata waktu tindak lanjut adalah 3,7 tahun, selama periode ini, 16.431 peserta meninggal. Para peneliti mampu menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan kematian akibat semua penyebab.
Secara keseluruhan, peneliti mencatat adanya "asosiasi dosis-respons antara peningkatan jumlah aktivitas fisik dan penurunan risiko kematian akibat semua penyebab."
Penurunan Risiko Kematian Sebesar 29%
Peserta yang mempertahankan aktivitas fisik secara rutin sebelum dan setelah diagnosis demensia mengalami risiko kematian terendah dibandingkan dengan peserta yang tetap tidak aktif, dengan penurunan risiko kematian sebesar 29%.
Peserta yang meningkatkan aktivitas fisik mereka menjadi minimal 1.000 menit-metabolik setara (METs) per minggu juga menunjukkan pengurangan risiko kematian. Para peneliti mengamati penurunan risiko kematian sebesar 3% untuk setiap peningkatan 100 METs-menit per minggu setelah diagnosis demensia.
Dalam hal intensitas aktivitas fisik, peneliti menemukan bahwa menjaga aktivitas fisik membantu menurunkan risiko kematian pada peserta dengan demensia, dengan pengurangan risiko yang serupa pada kategori aktivitas ringan, sedang, dan berat.
Keterbatasan Studi
Studi ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, fokus pada individu Korea membuat hasilnya mungkin tidak dapat digeneralisasi. Kedua, tingkat aktivitas fisik dan kebiasaan gaya hidup lainnya bergantung pada laporan diri peserta, yang mungkin memiliki tingkat akurasi yang bervariasi.
Ketiga, para peneliti mengakui kemungkinan adanya kausalitas terbalik. Mereka juga tidak memiliki data tentang jenis aktivitas fisik yang dilakukan peserta, sehingga dapat terjadi kesalahan klasifikasi atau pengurangan dalam pengukuran aktivitas fisik.
Implementasi Rencana Olahraga bagi Penderita Demensia
Secara keseluruhan, penelitian ini menyoroti potensi manfaat olahraga, khususnya bagi individu yang didiagnosis dengan demensia. Hasilnya menunjukkan bahwa bahkan tingkat aktivitas fisik yang lebih rendah dapat membantu menurunkan risiko kematian dalam populasi yang berisiko ini.
Menerapkan lebih banyak aktivitas fisik akan bervariasi di setiap situasi. Individu dengan demensia dapat menerima dukungan dari pengasuh dan ahli kesehatan untuk mengimplementasikan strategi olahraga yang tepat. Peneliti mengusulkan berbagai opsi untuk mendukung aktivitas fisik pada individu dengan demensia, termasuk kelas kelompok di pusat komunitas dan sesi dengan terapis terlatih.
Menurut para ahli, strategi yang mendukung aktivitas fisik dapat memperpanjang harapan hidup bagi individu dengan demensia, menawarkan pendekatan manajemen non-farmakologis yang berarti.
0 Komentar
Anak Kehilangan Orang Tua Lebih Rentan Dibully? Ini Fakta Mengejutkan dari Studi Terbaru!
Rahasia Otak Awet Muda Terungkap! Gaya Hidup Ini Bisa Cegah Pikun dan Alzheimer Sejak Dini
Viral! Makan Seperti Hewan Tapi untuk Manusia, Sehat Nggak Sih?"
Cuma Gerak Sedikit di Usia 40-50an Bisa Bikin Otak Lebih Tajam & Hindari Alzheimer, Kok Bisa?
Benarkah Ciuman Bisa Menularkan Gluten? Ini Jawaban Ilmiahnya
Leave a comment