Gak Nyangka! Bayi Baru Lahir dan Penderita Alzheimer Punya Kesamaan Mengejutkan Ini

14 Juli 2025 13:54
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Penemuan ini datang dari riset internasional besar yang melibatkan ilmuwan dari Swedia, Spanyol, dan Australia. Mereka meneliti sampel darah dari lebih dari 400 orang, mulai dari bayi sehat, bayi prematur, remaja, dewasa muda, lansia, sampai pasien Alzheimer.

Sahabat.com - Siapa sangka, bayi yang baru saja lahir ternyata punya kesamaan yang mengejutkan dengan orang yang mengidap Alzheimer. Bukan soal perilaku atau kemampuan berpikir, tapi ini soal protein di otak yang biasanya jadi tanda penyakit neurodegeneratif. 

Yup, nama proteinnya adalah phosphorylated tau, lebih spesifik lagi yang disebut p-tau217. Nah, protein ini biasanya muncul dalam kadar tinggi pada penderita Alzheimer karena terkait dengan penumpukan plak beta-amiloid di otak. Tapi anehnya, kadar protein ini justru jauh lebih tinggi di tubuh bayi yang baru lahir—bahkan melebihi orang dengan Alzheimer!

Penemuan ini datang dari riset internasional besar yang melibatkan ilmuwan dari Swedia, Spanyol, dan Australia. Mereka meneliti sampel darah dari lebih dari 400 orang, mulai dari bayi sehat, bayi prematur, remaja, dewasa muda, lansia, sampai pasien Alzheimer. 

Hasilnya? Bayi yang baru lahir menempati posisi tertinggi dalam kadar p-tau217, dengan bayi prematur mencatatkan angka paling tinggi. Seiring berjalannya waktu, kadar ini perlahan menurun dan mencapai level normal seperti orang dewasa.

Profesor Kaj Blennow dari University of Gothenburg bilang bahwa, “Ini pertama kalinya p-tau217 diukur langsung dalam darah bayi manusia. Sebelumnya cuma diuji lewat hewan.” 

Penemuan ini dianggap luar biasa karena menunjukkan bahwa protein yang sama bisa berperan sangat berbeda tergantung konteksnya. Kalau di otak penderita Alzheimer, p-tau217 bisa menyebabkan kerusakan sel otak dan gangguan kognitif. Tapi di otak bayi, protein ini malah membantu pertumbuhan neuron dan pembentukan koneksi antar sel saraf—proses penting untuk perkembangan otak yang sehat.

Uniknya lagi, kadar p-tau217 ini ternyata sangat berkaitan dengan usia kehamilan. Bayi yang lahir prematur punya kadar yang lebih tinggi dibanding bayi cukup bulan. Ini menunjukkan bahwa protein tersebut punya peran penting dalam mempercepat perkembangan otak pada bayi prematur.

Fernando Gonzalez-Ortiz, peneliti utama dalam studi ini, juga bilang bahwa memahami bagaimana otak bayi bisa ‘menjinakkan’ p-tau217 tanpa menyebabkan kerusakan bisa membuka jalan baru untuk pengobatan Alzheimer. 

“Kami percaya kalau kita bisa meniru mekanisme alami di otak bayi yang mampu mengendalikan tau, maka suatu hari nanti kita bisa memperlambat atau bahkan menghentikan Alzheimer,” jelasnya.

Jadi, walau p-tau217 sering dianggap sinyal bahaya di otak lansia, di otak bayi justru jadi ‘pembangun utama’. Protein yang sama, tapi punya dua fungsi ekstrem: satu membangun, satu merusak.
FYI, p-tau217 juga baru-baru ini disetujui FDA untuk digunakan sebagai alat diagnosis Alzheimer. 

Tapi peneliti mengingatkan bahwa kita juga harus memahami kenapa protein ini bisa meningkat, supaya kita bisa menafsirkan hasilnya dengan lebih akurat—baik di klinik, riset, maupun pengembangan obat.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment