Obat Jantung yang Dipakai Jutaan Orang Ternyata Tak Bermanfaat, Bahkan Bisa Berbahaya

02 September 2025 14:11
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Penelitian terbaru berskala internasional justru mengguncang dunia medis. Studi besar bernama REBOOT Trial menemukan bahwa obat ini sama sekali tidak memberi manfaat bagi pasien serangan jantung yang fungsi jantungnya masih normal.

Sahabat.com - Sahabat mungkin sering mendengar tentang beta blocker, obat jantung yang selama puluhan tahun diresepkan setelah serangan jantung. 

Namun, penelitian terbaru berskala internasional justru mengguncang dunia medis. Studi besar bernama REBOOT Trial menemukan bahwa obat ini sama sekali tidak memberi manfaat bagi pasien serangan jantung yang fungsi jantungnya masih normal. 

Bahkan, khusus untuk perempuan, konsumsi obat ini justru meningkatkan risiko kematian, serangan jantung berulang, hingga rawat inap akibat gagal jantung.

Penelitian ini melibatkan lebih dari 8.500 pasien di 109 rumah sakit di Spanyol dan Italia, dengan pemantauan hampir empat tahun. Hasilnya mengejutkan: tidak ada perbedaan berarti antara pasien yang mengonsumsi beta blocker dan yang tidak. 

“Lebih dari 80 persen pasien dengan serangan jantung ringan saat ini dipulangkan dengan resep beta blocker. Temuan REBOOT adalah salah satu kemajuan paling signifikan dalam penanganan serangan jantung selama beberapa dekade,” ungkap Dr. Borja Ibáñez, Direktur Ilmiah CNIC yang memimpin penelitian ini.

Yang lebih mengejutkan, efek negatif obat ini ternyata paling jelas terlihat pada perempuan. Mereka yang mengonsumsi beta blocker setelah serangan jantung dengan fungsi jantung normal memiliki risiko kematian 2,7 persen lebih tinggi dibandingkan yang tidak meminumnya. 

“Penelitian ini akan mengubah panduan medis internasional. Obat yang selama ini dianggap standar ternyata tidak relevan lagi di era pengobatan modern,” kata Prof. Valentin Fuster, Presiden Mount Sinai Fuster Heart Hospital, New York, sekaligus Direktur CNIC di Spanyol.

Selama ini beta blocker dipercaya bisa menurunkan risiko kematian dengan cara mengurangi beban kerja jantung dan mencegah aritmia. Namun kondisi medis saat ini sudah jauh berbeda dibanding 40 tahun lalu. 

Dengan teknologi modern, arteri yang tersumbat bisa dibuka dengan cepat sehingga kerusakan jantung jauh lebih ringan. Dalam konteks ini, peran beta blocker menjadi tidak lagi jelas. 

“Kami biasanya sibuk mencari obat baru, tapi jarang sekali mempertanyakan manfaat obat lama. REBOOT justru dirancang untuk memastikan pengobatan benar-benar berdasarkan bukti ilmiah, bukan kebiasaan,” tambah Dr. Ibáñez.

Efek samping beta blocker sebenarnya sudah lama dikenal, mulai dari kelelahan, denyut jantung melambat, hingga gangguan fungsi seksual. 

Namun kini ada alasan yang lebih kuat untuk mempertimbangkan kembali penggunaannya secara luas. Studi ini bahkan diprediksi akan langsung mengubah panduan pengobatan jantung di seluruh dunia.

Bagi sahabat yang memiliki riwayat serangan jantung atau sedang mengonsumsi obat jantung, temuan ini bisa menjadi pengingat penting untuk selalu berdiskusi dengan dokter tentang manfaat dan risiko obat yang dikonsumsi. 

Dunia medis kini bergerak ke arah pengobatan yang lebih personal, tidak lagi mengandalkan resep generik untuk semua pasien.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment