Peneliti Bantu Dokter Menemukan Kata yang Sebaiknya Tidak Diucapkan kepada Pasien

06 November 2024 16:26
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Dengan meningkatkan kesadaran tentang penggunaan bahasa yang tepat, diharapkan hubungan antara pasien dan tenaga medis dapat lebih memperhatikan kebutuhan emosional pasien, selain hanya aspek fisik dari perawatan.

Sahabat.,com - Peneliti, termasuk seorang profesor dari Texas A&M University, mengungkapkan pentingnya komunikasi yang penuh empati dalam perawatan medis. Mereka mengidentifikasi sejumlah "kata terlarang" yang sebaiknya tidak diucapkan oleh dokter kepada pasien, karena dapat memperburuk penderitaan emosional dan mengurangi efektivitas pengambilan keputusan bersama.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di Mayo Clinic Proceedings, Profesor Pemasaran Texas A&M, Dr. Leonard Berry, bersama rekan-rekannya dari Henry Ford Health di Detroit, menyoroti bahwa meskipun ada kemajuan pesat dalam pengobatan penyakit serius seperti kanker dan gagal jantung stadium lanjut, pasien dan keluarga tetap menghadapi pengalaman emosional yang mendalam, seperti rasa takut dan kecemasan.

Menurut Berry, dokter sering kali menggunakan bahasa yang tidak sensitif tanpa menyadari dampak negatifnya terhadap pasien dan keluarga. Kata-kata yang tidak empatik ini dapat memperburuk rasa takut pasien dan menghambat komunikasi yang terbuka. Beberapa contoh kata-kata yang sebaiknya dihindari antara lain: "Tidak ada lagi yang bisa kami lakukan", "Dia tidak akan sembuh", dan "Menarik perawatan."

Sebagai gantinya, peneliti menyarankan dokter untuk menggunakan bahasa yang lebih hati-hati dan penuh perhatian. Misalnya, daripada mengatakan "Dia tidak akan sembuh," dokter bisa mengatakan "Saya khawatir dia tidak akan sembuh," yang memberikan ruang untuk ekspresi kekhawatiran tanpa memberikan prediksi negatif yang pasti.

Selain itu, dokter disarankan untuk mengajak pasien berdialog secara terbuka dengan pertanyaan seperti, "Apa saja yang ingin Anda tanyakan kepada saya?" yang mendorong percakapan yang lebih jujur dan mendalam.

Peneliti juga menekankan pentingnya pendidikan komunikasi dalam pelatihan medis, baik di sekolah kedokteran maupun dalam program residensi. Mereka mengusulkan agar dokter senior menjadi mentor dalam mengajarkan teknik komunikasi yang baik kepada generasi dokter yang lebih muda.

Dengan meningkatkan kesadaran tentang penggunaan bahasa yang tepat, diharapkan hubungan antara pasien dan tenaga medis dapat lebih memperhatikan kebutuhan emosional pasien, selain hanya aspek fisik dari perawatan.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment