Geger! Tanda Awal Kanker Ovarium Akhirnya Terungkap Lewat Kasus Langka di Usia 22 Tahun

14 Juli 2025 13:26
Penulis: Alamsyah, lifestyle
kabar terbaru dari Mayo Clinic ini bisa jadi titik terang baru buat dunia medis—dan buat kita semua, terutama perempuan muda yang punya risiko genetik tinggi terhadap kanker.

Sahabat.com - Sahabat, pernah dengar nggak kalau kanker ovarium itu dikenal sebagai “silent killer” karena biasanya baru ketahuan saat sudah stadium lanjut? 

Nah, kabar terbaru dari Mayo Clinic ini bisa jadi titik terang baru buat dunia medis—dan buat kita semua, terutama perempuan muda yang punya risiko genetik tinggi terhadap kanker.

Jadi, ceritanya bermula dari seorang wanita muda usia 22 tahun yang datang ke Mayo Clinic. Dia punya dua mutasi genetik langka, BRCA2 dan TP53, yang bikin risiko terkena kanker sepanjang hidupnya jauh lebih tinggi dari orang kebanyakan. 

Saat dia didiagnosis kanker payudara, pemeriksaan juga nemuin kista ovarium yang ternyata jinak. Tapi karena risiko kankernya tinggi banget, dia memutuskan untuk ambil langkah besar: menjalani mastektomi dan histerektomi, sekaligus pengangkatan ovarium dan tuba falopi.

Setelah operasi, tim dokter dan peneliti dari Mayo Clinic menganalisis jaringan tuba falopinya. Hasilnya? Mereka nemuin perubahan sel yang super halus—kayak kode awal yang mungkin jadi tanda pertama munculnya kanker ovarium, bahkan sebelum gejalanya muncul. Ini semacam petunjuk awal yang sangat berharga.

Dr. Nagarajan Kannan, salah satu peneliti utama, bilang, “Kami melihat fenomena langka dan sangat penting di dunia biologi epitel. Lewat teknologi canggih single-cell, kami bisa lacak gimana sel-sel pasien ini berubah jadi tanda risiko kanker ovarium mematikan.” 

Intinya, temuan ini bisa membuka jalan buat deteksi lebih dini dan strategi pencegahan yang jauh lebih tepat sasaran.

Gak cuma itu, Dr. Jamie Bakkum-Gamez yang juga ikut dalam riset ini bilang, “Kita tahu banyak jenis kanker ovarium paling mematikan justru berawal dari tuba falopi. Tapi gimana dan kenapanya masih misteri.” 

Nah, berkat temuan ini, misteri itu mulai sedikit demi sedikit terkuak.

Yang keren lagi, mereka bikin biobank alias bank jaringan hidup dari tuba falopi yang diambil dari pasien. Dari situ, mereka bisa kembangkan organoid—model miniatur dari tuba falopi manusia asli. Ini kayak dunia mini di laboratorium yang bisa bantu para ilmuwan memahami sel kanker sejak awal mula kemunculannya.

Lalu ada satu hal menarik yang bikin tim peneliti makin penasaran. Biasanya, pil KB yang mengandung hormon progestin bisa bantu menurunkan risiko kanker ovarium sampai 50%. Tapi pada jaringan pasien ini, mereka nggak nemuin protein reseptor progesteron sama sekali. 

Artinya, kemungkinan besar pil KB nggak efektif buat menurunkan risikonya. Ini bisa jadi petunjuk penting buat perencanaan pengobatan atau pencegahan di masa depan.

Megan Ritting, kandidat doktor di Mayo Clinic yang juga memimpin teknologi genomik dalam riset ini, bilang, “Lewat sequencing RNA sel tunggal, kita bisa lihat jelas gangguan perkembangan di lapisan dalam tuba falopi. Ini bisa mengubah total cara kita memahami dan mencegah kanker ovarium ke depannya.”

Buat sahabat yang punya riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium, kabar ini semacam alarm sekaligus harapan baru. Karena sekarang para peneliti makin dekat ke tujuan utama: deteksi dini sebelum kanker berkembang jadi mematikan. Dan semua ini bisa terwujud berkat pasien-pasien yang rela berbagi jaringan tubuhnya untuk ilmu pengetahuan. Salut banget, kan?

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment