Penelitian Ungkap Peran Suhu dan Curah Hujan dalam Penyebaran Demam Berdarah Secara Global

14 Februari 2025 14:04
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Demam dengue, yang disebabkan oleh gigitan nyamuk, semakin menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang mengkhawatirkan.

Sahabat.com - Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor KIM Jae Kyoung dari Departemen Ilmu Matematika di KAIST, serta Kepala Peneliti di Kelompok Matematika Biomedis di Institute for Basic Science (IBS), telah mengungkapkan temuan baru tentang bagaimana cuaca mempengaruhi penyebaran demam dengue. 

Penelitian ini menunjukkan bahwa suhu dan curah hujan merupakan faktor penting yang mendorong lonjakan kasus dengue di seluruh dunia, sekaligus menawarkan strategi mitigasi yang dapat diterapkan untuk mengurangi dampak penyakit ini.

Demam dengue, yang disebabkan oleh gigitan nyamuk, semakin menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang mengkhawatirkan. 

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kasus dengue yang dilaporkan melonjak dari 4,1 juta pada 2023 menjadi lebih dari 10,6 juta pada 2024 di wilayah Amerika Utara dan Selatan saja. 

Angka ini mencatatkan jumlah kasus tertinggi yang pernah tercatat di seluruh dunia. Meskipun faktor iklim seperti suhu dan curah hujan diketahui berperan dalam tren ini, hubungan kompleks antara faktor-faktor tersebut dengan dinamika dengue masih kurang dipahami. 

Penelitian sebelumnya sering kali menghasilkan temuan yang bertentangan—beberapa penelitian menunjukkan bahwa curah hujan mempercepat penularan dengue, sementara lainnya menyatakan sebaliknya.

Tim peneliti IBS mengemukakan bahwa ketidakkonsistenan ini disebabkan oleh keterbatasan metode tradisional yang hanya berfokus pada hubungan linier atau efek yang independen. Untuk mengatasi hal ini, peneliti menggunakan GOBI (General ODE-Based Inference), sebuah kerangka inferensi kausal baru yang dikembangkan oleh kelompok IBS pada tahun 2023. 

Metode ini dapat menangkap efek non-linier dan gabungan dari faktor iklim, memungkinkan analisis yang lebih mendalam tentang hubungan antara cuaca dan insiden dengue.

Penelitian ini fokus pada 16 wilayah di Filipina yang memiliki kondisi iklim yang beragam, untuk mengamati bagaimana suhu dan curah hujan saling mempengaruhi dinamika dengue. Pola regulasi dengue yang berbeda ditemukan di seluruh Filipina, yang dipengaruhi oleh efek gabungan suhu dan curah hujan. 

Peningkatan suhu secara konsisten terkait dengan tingginya insiden dengue di semua wilayah. Sebaliknya, curah hujan menunjukkan efek yang kontras tergantung pada lokasi wilayahnya. 

Di daerah timur, curah hujan meningkatkan insiden dengue, sementara di wilayah barat, curah hujan justru menekan penyebarannya.

Faktor yang paling penting adalah variasi panjang musim kemarau, yang ditemukan sebagai kunci untuk menjelaskan efek kontras dari curah hujan. Di wilayah dengan variasi panjang musim kemarau yang rendah, hujan cenderung menghilangkan air tergenang, mengurangi tempat berkembang biak nyamuk, dan menekan penularan dengue. 

Sebaliknya, di wilayah dengan variasi panjang musim kemarau yang tinggi, hujan sporadis menciptakan tempat berkembang biak baru dan melemahkan efek pembersihan, yang menyebabkan peningkatan populasi nyamuk dan kasus dengue.

Temuan ini memberikan perspektif baru tentang hubungan kompleks antara curah hujan dan dinamika dengue. Peneliti kemudian memperluas analisis mereka ke Puerto Rico, yang memiliki zona iklim berbeda, dan menemukan pola regulasi yang serupa, yang menegaskan keumuman hasil penelitian ini.

Hasil penelitian ini memiliki aplikasi langsung untuk mengoptimalkan strategi intervensi dengue. Di wilayah dengan variasi rendah dalam panjang musim kemarau, efek pembersihan alami selama musim hujan dapat mengurangi kebutuhan intervensi, sehingga sumber daya dapat dialokasikan untuk prioritas lainnya.

Sebaliknya, di wilayah dengan variasi tinggi, intervensi yang konsisten sepanjang tahun diperlukan untuk mengatasi kondisi yang mendukung berkembangnya nyamuk akibat hujan sporadis.

Penelitian ini juga menyoroti pentingnya memantau panjang musim kemarau sebagai faktor prediktor untuk wabah dengue. Dengan menyesuaikan strategi dengan pola iklim regional, lembaga kesehatan masyarakat dapat mengalokasikan sumber daya dengan lebih efisien dan efektif dalam memerangi penyebaran dengue.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment