Penyakit Menular yang Berpotensi Menjadi Masalah Besar pada 2025

31 Desember 2024 10:14
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Dengan memahami dan mencegah penyakit di lingkungan dan hewan, kita dapat lebih siap menghadapi ancaman penyakit pada manusia. Sebaliknya, dengan mengendalikan penyakit menular pada manusia, kita juga dapat melindungi kesehatan hewan dan lingkungan.

Sahabat.com - COVID-19 muncul secara tiba-tiba, menyebar dengan cepat, dan menewaskan jutaan orang di seluruh dunia. Sejak itu, banyak orang merasa cemas akan munculnya penyakit menular besar berikutnya baik itu virus, bakteri, jamur, atau parasit.

Kini, dengan COVID-19 mulai terkendali berkat vaksin yang sangat efektif, perhatian para pejabat kesehatan masyarakat tertuju pada tiga penyakit menular utama: malaria (parasit), HIV (virus), dan tuberkulosis (bakteri). 

Ketiganya bersama-sama bertanggung jawab atas kematian sekitar 2 juta orang setiap tahun. Selain itu, ada daftar patogen prioritas yang terus diawasi, terutama yang telah mengembangkan resistansi terhadap obat-obatan seperti antibiotik dan antivirus.

Para ilmuwan juga harus selalu waspada terhadap potensi ancaman baru. Meskipun patogen jenis apa pun dapat menjadi masalah, kelompok tertentu, seperti virus influenza, lebih cenderung memicu wabah dengan cepat.

Salah satu virus influenza yang saat ini menjadi perhatian utama adalah influenza A subtipe H5N1, atau yang lebih dikenal sebagai flu burung. 

Virus ini telah menyebar luas di kalangan burung liar dan unggas domestik seperti ayam. Baru-baru ini, virus ini juga dilaporkan menginfeksi sapi perah di beberapa negara bagian AS dan ditemukan pada kuda di Mongolia.

Ketika kasus flu pada hewan seperti burung meningkat, kekhawatiran bahwa virus ini dapat menular ke manusia juga meningkat. Faktanya, flu burung dapat menginfeksi manusia, dengan 61 kasus di AS tercatat tahun ini, sebagian besar terjadi pada pekerja peternakan yang kontak dengan hewan terinfeksi atau orang yang mengonsumsi susu mentah.

Jumlah ini cukup besar dibandingkan hanya dua kasus di Amerika pada dua tahun sebelumnya. Ditambah lagi, tingkat kematian akibat infeksi flu burung pada manusia mencapai 30%, menjadikan flu burung sebagai prioritas utama bagi pejabat kesehatan masyarakat.

Namun, H5N1 sejauh ini belum terbukti dapat menular antar manusia, yang sangat mengurangi kemungkinan terjadinya pandemi. Virus influenza membutuhkan reseptor sialik di permukaan sel untuk masuk dan berkembang biak. Virus flu yang telah beradaptasi dengan manusia mengenali reseptor ini dengan baik, sehingga dapat dengan mudah menyebar antar manusia. 

Sebaliknya, flu burung lebih cocok dengan reseptor pada burung dan memiliki kesulitan "mengikat" reseptor manusia. Oleh karena itu, H5N1 dalam bentuknya saat ini belum mudah menular antar manusia.
Namun, sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa satu mutasi pada genom flu dapat membuat H5N1 mampu menyebar antar manusia, yang berpotensi memicu pandemi.

Jika virus ini mengalami perubahan tersebut, pemerintah harus bertindak cepat untuk mengendalikan penyebarannya. Berbagai pusat pengendalian penyakit di dunia telah menyusun rencana kesiapan pandemi untuk menghadapi flu burung dan penyakit lain yang berpotensi muncul.

Sebagai contoh, Inggris telah membeli 5 juta dosis vaksin H5 yang dapat melindungi dari flu burung, sebagai persiapan menghadapi risiko ini pada 2025.

Meskipun saat ini belum dapat menyebar antar manusia, flu burung diperkirakan akan semakin berdampak pada kesehatan hewan pada 2025. Hal ini tidak hanya memiliki implikasi terhadap kesejahteraan hewan, tetapi juga dapat mengganggu pasokan makanan dan memengaruhi perekonomian.

Semua upaya ini termasuk dalam pendekatan "satu kesehatan," yaitu melihat kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan sebagai entitas yang saling terkait dan memiliki pengaruh satu sama lain.

Dengan memahami dan mencegah penyakit di lingkungan dan hewan, kita dapat lebih siap menghadapi ancaman penyakit pada manusia. Sebaliknya, dengan mengendalikan penyakit menular pada manusia, kita juga dapat melindungi kesehatan hewan dan lingkungan.

Namun, kita tidak boleh melupakan "pandemi lambat" yang terus berlangsung, seperti malaria, HIV, tuberkulosis, dan patogen lainnya. Menangani masalah ini sama pentingnya dengan memantau ancaman baru yang mungkin muncul di masa depan.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment